Welcome

Sarang Nicuap dibuka untuk umum. Apapun yang anda lakukan di sini tidak akan dipungut biaya apapun. Kecuali akses internet pastinya! Enjoy Reading!! :)

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan Keempat


Senin 3 Oktober 2016 adalah kali keempat saya dan kawan-kawan PM-B kuliah filsafat ilmu. Selesai menginput absen di komputer, Pak Marsigit menagih data pertanyaan-pertanyaan yang telah kami kumpulkan di ketua kelas kami, namun ketua kelas kami tidak membawanya. Kemudian Pak Marsigit menanyakan tema tes jawab singkat pertama dan kedua. Tes jawab singkat pertama tentang Hakikat Filsafat dan tes kedua tentang Ada dan Mungkin ada. 

Seperti biasa Pak Marsigit mengawali perkuliahan dengan meminta siswa untuk mengatur bangku duduk melingkari Bapak Marsigit dan seimbang sesuai feng shui. Karena apapun yang kita lakukan harus seimbang. Kemudian kami menjalani tes jawab singkat ketiga dengan tema Apa Filsafatnya sebanyak 50 soal. Asumsinya semua yang ada dan mungkin ada dapat difilsafatkan. Lagi-lagi nilai test kali ini saya hanya mendapatkan nilai jari. Walaupun saya sudah banyak membaca (menurut saya) ternyata pengetahuan saya masih sangat sedikit, khususnya tentang filsafat ini. Begitu jawaban dari soal-soal tersebut dibacakan, saya hanya bisa senyum-senyum sendiri, karena sebenarnya banyak dari jawabannya yang saya tahu tapi saya tidak tahu. Nah lho bingungkan?! Itu artinya anda sudah berfilsafat! Hehe.
Setelah menginput nilai jari kami, Pak Marsigit kemudian meminta kami untuk mengajukan pertanyaan seperti biasanya.
Pertanyaan pertama diajukan oleh Mas Budiyanto yaitu “Bagaimana menurut Bapak dengan Hipnotis?” yang dijawab Pak Marsigit: “Hipnotis adalah ilmu terapan. Teorinya ditinggal sehingga menjadi terapan. Sama seperti kuda lumping. Jadi hipnotis itu tidak terlalu ribet dengan teori-teori yang penting. Dalam bahasa jawab ada ilmu Titen yang punya perkumpulan berbagai macam terapi kalau orang dibeginikan akan begini, dibeginikan akan begini, sudah ada rumusnya. Rumus bukan hanya berbentuk abc tetapi bisa berbentuk penjabaran atau indikator. Orang itu punya sifat yang bermacam-macam. Kalau rambutnya seperti ini punya sifat seperti ini, nanti terapinya seperti ini, dan sebagainya. Dan hipnotis tidak akan bisa menjawab kenapa orang yang dihipnotis bisa begini begitu. Walaupun dia mengaku bisa menjawab tapi tidak seperti yang diharapkan. Sama seperti pelaku kuda lumping yang kesurupan. Kesurupan itu gejala jiwa. Karena dipengaruhi oleh intuisi tertentu. Satu intuisi metutup oleh intuisi yang lain sehingga dia bisa menimbulkan gejala tertentu. Manusia mempunyai bermilyar-milyar intuisi meliputi yang ada dan mungkin ada. Intuisi handphone, “Kok bisa cepet banget?” Punya intuisi dia. Intuisi kacamata, intuisi kertas. Intuisi tulisan. Intuisi ruang dan waktu. Intuisi istri “Kok cepet sekali Pak responnya?” “Ya istri-istri saya, jangankan suaranya, nafasnya pun saya sudah hapal.” Nah jelas berarti cepat banget. Intuisi lawan, intuisi khusyuk, intuisi senjata, intuisi yang ada dan mungkin ada. Prinsipnya kuda lumping, kesurupan maupun hipnotis itu, intuisi yang lain-lain dimunculkan satu kemudian didominasikan dan dilatih. Tapi yang bersangkutan (pelakunya) yang dikenakan terapi itu tidak bisa menjelaskan kenapa dia bisa begini, dia hanya melaksanakan saja, artinya dia tidak sadar bisa begini-begini dan sebagainya. Jadi itu reduksi. Dunia piknik, dunia hura-hura, dunia kuliah, dunia belajarm, dunia membaca, dunia berpikir dihilangkan sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan pasti ada ikonnya. Ikonnya adalah suara yang berirama. Suara yang bertalu-talu. Kemudian penenangan doa-doa untuk menenangkan dan mengkhusyukkan hati untuk menciptakan suasana yang bisa menarik intuisi itu. Sehingga ketika ilmuwan Konselir jaman dulu datang melihat gending Jawa itu dia sudah seperti orang yang sakau. Tapi ini bukan karena apa-apa, intuisinya tertarik seakan-akan sudah sampai di syurga. Merasa menikmati sekali musik itu. Itulah, keterampilan ditular-tularkan, dirahasiakan, dijual kemudian anda daftar kursus hipnotis gitu. Kenapa orang bisa tertipu, karena dia sodakoh, pelesir / berpersiar dengan keluarga / cucu semua dikuras, dipilih dan direduksi menjadi uang. Ikonnya uang yang digandakan. Sehingga tertipulah dia sama si Mas Kanjeng.
Jadi begitu, hidup ini sebetulnya permainan intuisi. Intuisi kita mau kemana. Anda bisa saja karena menggunakan handphone yang sudah lengkap dan canggih sebagainya, anda hilangkan intuisi ruang dan waktu, tidak peduli utara dan selatan. Sehingga suatu ketika handphonenya kebalik sholatnya juga kebalik. Gara-gara terlalu diperbudak oleh handphone.
Intuisi itu sangat penting. Ituisi itu pengalaman. Intuisinya kopral beda sama intuisi jendral. Orang mengatakan secara psikologi itu indera keenam. Kalau filsafat cukup intuisi.
Pertanyaan kedua oleh Mba Asma, “Apakah Bapak setuju dengan metode saintifik?” Jawaban Pak Marsigit, “Filsafat itu bukan masalah setuju atau tidak setuju. Filsafat itu adalah seerapa jauh engkau bisa menjelaskan metode saintifik. Maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu itu. Dan kalau engkau bersikukuh, maka jadilah MITOS. Kalau sudah jelas sekali, MITOS. Kalau terlalu fanatik, terjebak di ruang waktu yang gelap emnurut filsafat.
Kenapa? Karena metode saintifik adalah satu dari sekian ribu metode yang ada. Mungkin semilyar yang ada. Kenapa hanya satu? Karena hidupmu sudah terpilih menuju ke metode saintifik saja. Itulah ruginya kurikulum 2013. Itulah yang tidak dia sadari, dosanya Pak Mentri menggiring seluruh Indonesia untuk menggunakan metode saintifik. Agama metode saintifik, bahasa metode saintifik, menikah metode saintifik. Diamati, ditanya, dicoba, setelah itu kesimpulannya tidak jadi menikah. Hahaha
Matematika saja kalau sudah sampai logika bagaimana cara mengamati. Contoh: amatilah bilangan nomor 7. Bilangan 7 kurus ditambah bilangan 7 gemuk sama dengan14 kurus. Hahaha.
Kemudian pertanyaan ketiga: “Bagaimana keriteria orang dikatakan berhasil dalam menuntut ilmu?” Jawaban Pak Marsigit “Setiap saat orang berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak merasa. Kalau hanya merasa berhasil, merugi separuh dunia karena dia tidak menyadari kegagalannya. Kalau hanya merasa gagal terus, merugi separuh dunia karena dia tidak menyadarai keberhasilannya. Filsafat itu harus selalu berusaha adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
Pertanyaan keempat “Bagaimana konsep siap menurut filsafat?”. Jawaban Pak Marsigit “Siap menurut filsafat itu refleksi diri untuk kedepan. Kita bisa mengalami persiapan itu karena punya refleksi. Diturunkan menjadi semi psikologi, persiapan adalah komunikasi internal dalam diri kita. Kalau orang menikah itu persiapannya sudah terlebih dahulu membayangkan calon istri/suami supaya jangan terkejut. Dan diturunkan menjadi readiness. Kesiapan juga mengandung unsur lain-lain, yaitu berjalannya potensi dan ikhtiar. Jadi kesiapan itu bagian daripada hermeneutika. Tiadalah kesiapan yang bersifat tetap dan berhenti, kesiapan dalam keadaan berjalan dan bergerak. Sebenar-benar kesiapan adalah bergoyang-goyang (berhemeneutika).
Jadi kalau ada yang tanya “Kamu sudah siap?” dan anda jawab “Sudah.” Itu MITOS. Tidak ada namanya orang sudah siap dalam filsafat, yang benar adalah sedang bersiap-siap. Terus bersiap-siap dan tidak ada akhirnya. Karena akhir juga mitos. Tiadalah seenar-enar akhir kecuali akhir absolut dan itulah Dogma agama, contohnya hari Kiamat. Ternyata walau akhir absolut pun masih diteruskan, masih ada pertimbangan-pertimbangan perbuatannya.
Pertanyaan Fatya “Bagaimana Filsafat memandang surga dan neraka jika tidak ada yang benar dan salah?” Jawaban Pak Marsigit “Jangan salah, Filsafat itu etik dan estetika. Benar, baik, dan indah. Tiga itu kalau dikombinasikan jadi berapa kemudian dieksperimenkan berfilsafat seperti apa contohnya. Etik itu baik buruk, estetika itu keindahan, Epistimologi : benar atau salah, Ontologi itu hakikatnya.
Tidak ada yang benar dan salah artinya kamu terjebak dalam ruang yang gelap. Tetapi untungnya engkau membuka jendela, sintesis, mampu bertanya. Sehingga itulah pikiran. Benar dan salah di dalam pikiran. Misalnya 2+2=4, benar atau salah? Kalau modulonya bilangan berbasis 3 apa ada bilangan 4. Jadi benar atau salah itu tergantung ruang dan waktu. Ini pikiran belum sampai surga neraka. Benar atau salah itu domain pikiran sedang surga dan neraka itu domain hati.
Pertanyaan selanjutnya “Bagaimana pengaruh filsafat terhadap perkembangan tekhnologi?” Jawaban Pak Marsigit: “Hubungan filsafat dengan perkembangan tekhnologi adalah cerita Resi Guta.
Konon dulu kala ada cerita seorang Resi Gutawa. Resi yang Maha Sakti. Sakti itu artinya kata-kata bisa jadi kenyataan. Pak Rektor itu sakti, kata-katanya bisa jadi kenyataan, contohnya: “Besok saya angkat jadi pegawai” Benar jadi pegawai. Gubernur, Presiden itu sakti. Antara omongan jadi kenyataan itu zaman dulu namanya Resi. Orang sakti itu yang bisa menyatukan antara langit dan buminya demi kemashlahatan orang banyak. Maka seorang pemimpin itu pasti hebat. Resi Gutawa memiliki istri yang sangat cantik, namanya Dewi Indrarti. Saking cantiknya, para Dewa naksir padahal tahu kalau sudah punya suami.
Kemudian ada seorang Dewa yang sangat hebat juga punya cupu manik astagina, merknya Samsung, dikasih sama Dewi Indrarti. Dewi Indrarti itu sangat tertarik dengan cupu manik astagina tapi gak ngerti apa-apa. Saking tertariknya, lupa suami, lupa anak, lupa makan, lupa istirahat, lupa tidur. Akhirnya ditanya sama suaminya, “Wahai Istriku, kamu sedang bermain-main apa?” Ditanya diem saja. Ada berapa file di cupu-mu? Whatsappmu berapa mega? Kontakmu ada berapa? Sinyalnya berapa byte. Diem saja. Tanya apapun diem saja. “Kalau begitu engkau aku kutuk jadi patung” kata suaminya. Istrinya berubah seketika jadi patung. Begitulah orang sakti, antara omongan dan kenyataan jadi satu. Orangtua itu juga sakti karena itu hati-hati jangan sampai ikin orangtua marah.
Akhirnya istrinya jadi batu, Resi mengambil cupu manik itu kemudian dilempar ke Sungai Bengawan. Anaknya 3 orang, dua laki-laki tampan-tampan dan satu perempuan yang cantik seperti ibunya, berlarian mengejar cupu manik astagina itu. Begitu mencebur ke air langsung berubah wujud. Dua orang satria yang bernama Guwarso dan Guwarsi berubah menjadi Sugriwa dan Subali, dan yang perempuan, Anjani berubah menjadi kera. Berubah wujud jadi buruk rupa menjadi kera laki-laki dan perempuan,
Pelajarannya persis seperti keadaan kita sekarang, punya handphone baru, download aplikasi Dzuhur lewat, ashar lewat, magrib lewat, sampai dzuhur lagi lewat lagi. Ada truk lewat pun tidak ngerti. Suami lewat, anak lewat tidak ngerti saking asyiknya whatsapp-whatsappan. Siapa itu? Semua orang tidak peduli laki-laki atau perempuan, kiayi atau ulama. Ternyata sudah tercapai cita-citanya di kehidupan kontemporer untuk meuat patungisasi masyarakat dan memasyarakatkan patung. Kita semua telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer, kalau kita punya tapi tidak mengerti, kalau kita punya tapi tidak mampu menggunakannya secara bijaksana.
Apa hikmah dari berubah wujudnya Guwarso Guwarsi dan Ajani? Hais shubuh pikiran bersih dan hati lurus, baca whatsapp, baca yahoo.com, babe, liputan 6, dan sebagainya, jam 8 pagi pikiran sudah bengkok hati sudah kotor. Sekali sentuh langsung menuju neraka. Itulah kita telah berubah wujud jadi monyet yang tak terasa. Tak terasa saling mencomoohkan dengan teman lain, saling menuduh dan sebagainya. Setelah datang ke kiayi, ke perkuliahannya Pak Marsigit baru sadar bahwa telah berubah menjadi monyet.
Itu maksudnya setiap filsafat omongannya berstruktur. Jadi tidak ada filsafat itu singkat-singkat. Saya mengadakan tes jawab singkat dengan jawaban yang singkat-singkat itu kan hanya ikon saja. Ikon itu berbahaya. Pertanyaan saya tadi jawabannya sebenarnya salah semua, karena berbahaya. Tetapi pada level itu, jatahmu itulah sekian itu. Biar bisa bercermin, seperti Guwarso ternyata sudah berubah wujud jadi Sugriwa. Tapi kalau masih ditutupi oleh kesombongan ya cerminnya tidak keliatan, sudah berubah menjadi kera masih merasa menjadi pangeran yang tampan.
Pertanyaan selanjutnya dari Mas Rhomiy, “Bagaimana pendapat anda tentang Perkawinan Sejenis.” Jawaban Pak Marsigit: “Daripada berpikir seperti itu lebih baik tidak memikirkannya. Ada hal-hal yang seperti itu. Membacanya saja sudah mau muntah apalagi memikirkan dan mendiskusikannya, lama-lama nanti jadi pengikutnya.
Cara mereka adalah awalnya dipaksa, berikutnya tidak menyadari, berikutnya diberikan toleransi di dalam pikiran untuk mendiskusikannya dan seterusnya dan seterusnya. Kalau sudah menyangkut karakter tunjukkan karakter kita apapun filsafatnya. Tahu kalau itu dosa ya sudah tidak usah diteruskan. Akupun muak, ngeri kalau membayangkan aku dikejar-kejar lelaki. Kacau balau. Hahaha.
Tidak cocok didiskusikan. Filsafat ada batasnya. Tidak sembarang semua bisa ditanyakan. Bagaimana pikiran jika tidak dibatasi agama dan sopan santun? Itulah maksudnya. Tidak usah jauh-jauh, di sini saja, dunia ada di sini.
Kalau pertanyaannya aneh, itu sudah tidak sehat. Intuisi kita sudah harus menolak.
Jadi orang ketipu itu sifat ketemu sifat. Sifat menipu ketemu dengan sifat yang memang bisa ditipu. Supaya kita janagn ditipu dan tidak melakukan dosa, maka berdoalah. Tuhan itu menjamin, jika kita berdoa, Tuhan akan memasukkan kita ke dalam kapsulNya, dijamin keselamatannya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 17.10 lewat. Artinya perkuliahan filsafat telah selesai. Selesai itu sebenarnya MITOS. Karena hari ini selesai tapi besok mulai lagi.
Tapi begini, transgender, itulah namanya the power of mind. The power of mind itu kamu, siang malam membayangkan sebagai laki-laki. Sejak kecil membayangkan siang malam. Ada cerita di Amerika, ada seorang perempuan artis pegulat/tinju, memiliki anak perempuan, tetapi dia tidak mau menerima. Dari kecil sang anak diberi celana, terapi body building dan segala macam. Jiwa, pikiran dan hati, semuanya laki-laki semua, kecuali satu fisiknya. Ketika umur 35 ditayangkan ditelevisi, dia di persimpangan jalan karena ternyata dia ditaksir juga oleh laki-laki. Maka dia ingin menunjukkan diri supaya dia betul-etul tampak seperti laki-laki. Sehingga dia operasi menjadi lelaki tulen. Akhirnya dia punya pacar perempuan juga.
Itulah bahayanya The Power of Mind yang tidak dibatasi oleh agama. Maka sebelum mengembarakan pikiranmu, kendalikan melalui agama, berdoalah supaya tau mana yang baik dan buruk. Tapi ini sebagai wacana karena filsafat itu sebagai wacana. Jadi itu kuncinya adalah pada agama.
Kemudian perkuliahan ditutup dengan monitoring komentar pada blog lalu berdoa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar anda. :)