Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Artikel ini saya buat dalam rangka menyelesaikan tugas Filosofi Pendidikan Indonesia dan Matematika 01.01.2-T1-7. Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional dengan dosen pengampu Bapak Dosen Prof. Dr. H. Agil Al Idrus, M.Si,
Berikut kesimpulan dan refleksi dari hasil meninjau ulang tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual:
KESIMPULAN:
Setelah
mempelajari tentang Materi Perjalanan Pendidikan Nasional, saya menyadari bahwa
Ki Hadjar Dewantara, melalui Taman Peserta didik dan kontribusinya
pasca-kemerdekaan, memberikan fondasi yang kuat bagi transformasi pendidikan di
Indonesia. Konsep-konsep inklusif, bahasa nasional, dan akses merata yang
diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara tetap relevan dan tercermin dalam
perkembangan sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini.
Ki
Hadjar Dewantara atau yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sangat
berperan penting dalam membentuk pendidikan Indonesia yang lebih merdeka,
inklusif, dan relevan dengan budaya lokal. Berikut adalah beberapa peran
penting yang dimainkan oleh Ki Hadjar Dewantara:
1. Pendirian Taman Peserta didik: Ki Hadjar
Dewantara mendirikan Taman Peserta didik pada tahun 1922. Taman Peserta didik
merupakan gerakan pendidikan nasional yang bertujuan untuk memberikan
pendidikan kepada anak-anak pribumi secara merata, terlepas dari status sosial
dan ekonomi mereka. Gerakan ini menekankan pentingnya pendidikan untuk
kemerdekaan dan kemandirian bangsa.
2. Pengembangan Pendidikan Karakter: Ki Hadjar
Dewantara mengembangkan konsep pendidikan karakter yang berlandaskan pada
nilai-nilai kebangsaan, moral, dan kemanusiaan. Beliau menekankan pentingnya
tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan
karakter yang kuat pada peserta didik.
3. Pembangunan Sekolah Alternatif: Selain Taman
Peserta didik, Ki Hadjar Dewantara juga membantu mendirikan sekolah-sekolah
alternatif lainnya yang menekankan pendidikan informal, keterampilan praktis,
dan kemandirian. Hal ini bertujuan untuk memberikan pendidikan yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada saat itu.
4. Perjuangan Melawan Kolonialisme: Ki Hadjar Dewantara juga terlibat dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Melalui pendidikan, beliau berupaya membangkitkan kesadaran nasionalisme dan semangat untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
5. Inspirasi dan Pengaruh: Ki Hadjar Dewantara menjadi inspirasi bagi banyak tokoh pendidikan di Indonesia dan di seluruh dunia. Kontribusinya terhadap pendidikan membantu membentuk landasan bagi perkembangan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif, relevan, dan berdaya saing.
Dengan
berbagai peran dan kontribusinya dalam bidang pendidikan, Ki Hadjar Dewantara
diakui sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah
pendidikan Indonesia, dan warisan pemikirannya terus menginspirasi generasi
pendidik dan peserta didik hingga hari ini, termasuk saya.
REFLEKSI:
Berdasarkan
pengetahuan tersebut, saya menyadari bahwa praktik Pendidikan saat ini masih
'membelenggu kemerdekaan peserta didik. Dapat dilihat bahwa saat ini mayoritas
pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan gaya model bank yang menempatkan
pendidik dan peserta didik dalam posisi berhadap-hadapan. Pendidik sebagai
subyek dan peserta didik sebagai obyek, pendidik yang "menakdirkan"
sedangkan peserta didik yang "ditakdirkan", pendidik sebagai peran
dan siwa sebagai yang diperankan.
Seperti
halnya Freire dalam bukunya telah mengungkapkan peran yang kontras itu sebagai
berikut:
• pendidik mengajar, murid diajar;
• pendidik mengethui segala sesuatu, murid
tidak tahu apa-apa,
• pendidik berfikir, murid dipikirkan:
• pendidik bercerita, murid patuh mendengarkan,
• pendidik menentukan peraturan, murid diatur;
• pendidik memilih dan memaksakan pilihannya,
murid menyetujuinya,
• pendidik berbuat, murid membayangkan dirinya
berbuat melaui perbuatan pendidiknya;
• pendidik memiliki bahan dan isi pelajaran,
murid menyesuaikan diri dengan pelajaran itu pendidik adalah subyek dalam
proses belajar, murid adalah obyek belaka.
Oleh karena itu jika suatu saat nanti saya
mendapatkan kesempatan sebagai pendidik, maka salah satu upayayang akan saya
lakukan untuk keluar dari pembelajaran yang membelenggu menuju pada
pembelajaran yang membebaskan yaitu dengan bersikap terbuka dan lapang dada
untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik guna
mengekspresikan gagasan dan pikirannya. Pendidik dan peserta didik sama-sama
subjek dan objek sekaligus. Keduanya dimungkinkan saling take and give Hanya
saja jika pendidik sebagai pembelajar senior, maka peserta didik sebagai
pembelajar junior, jadi tetap ada perbedaan pengalaman dan karena perbedaan
inilah seihingga pendidik tetap lebih banyak memberi kepada peserta didik dari
pada peserta didik memberi kepada pendidik. Tetapi pemberian pendidik kepada
peserta didik itu sifatnya dorongan, rangsangan atau pancingan agar peserta didik
berkreasisendiri, bukan sebagai stimulus.
Selain
itu, sebelum menerapkan sistem pembelajaran, saya sebagai pendidik akan
terlebih dahulu mengetahui karakteristik peserta didik melalui observasi
terhadap peserta didik, dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik
sehingga saya dapat menentukan model pembelajaran yang paling tepat yang bisa
diberikan kepada peserta didik. Kemudian dalam menilai peserta didik, saya
tidak hanya akan menilai pada hasil akhir namun juga pada saat proses
pembelajaran.
Atau
yang pada pembelajaran saat ini dapat mengganti apa yang telah lama berjalan
yaitu pembelajaran berpusat pada pendidik (Teacher Based Learning) sepenuhnya
menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik degan menggunakan model
pembelajaran yang mendukung seperti:
1. Model pembelajaran STEAM: model pembelajaran
terpadu yang mendorong peserta didik untuk berpikir lebih luas tentang
masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata
2. Model Environmental Learning model
pembelajaran yang berbasis lingkungan yang dikembangkan agar peserta didik
memperoleh pengalaman lebih berkaitan dengan lingkungan
3. Model pembelajaran PJBL (Project Based
Learning), pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk.
4. Model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) pembelajaran yang menuntun peserta didik untuk memecahkan masalah
dalam memperoleh materi yang dipelajari.
5. Model pembelajaran Inquiry Learning,
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analistis untuk
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
Dalam
model-model tersebut peserta didik lebih diberikan kesempatan untuk berperan
aktif untuk memecahkan suatu masalah. Pendidik dapat mengamati peserta didik
seberapa jauh peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dari potensi yang
dimiliki. Selaras dengan model-model tersebut, arah pembelajaran juga dapat
disesuaikan dengan kemampuan maupun karakteristik peserta didik. Dengan
model-model pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa peserta didik senang dalam
proses pembelajaran sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
tidak membelenggu.