Welcome

Sarang Nicuap dibuka untuk umum. Apapun yang anda lakukan di sini tidak akan dipungut biaya apapun. Kecuali akses internet pastinya! Enjoy Reading!! :)

Hidup dan Mati.

sumber: Google.

 Akhir-akhir ini, aku merasa terlalu banyak kabar duka yang kudengar.
Dari bencana asap yang mengepung teman-temanku di Sumatera dan Kalimantan, hingga meninggalnya orang yang kusayang dan orang yang kukenal.
Tapi, aku belum diizinkan Tuhan untuk melihat detik-detik sakaratul maut. Mungkin Tuhan tahu, bahwa aku terlalu takut untuk melihat kepergian seseorang.
Ya aku tak dapat memastikan diriku apakah aku akan baik-baik saja jika aku kehilangan seseorang yang benar-benar kusayangi.
Tapi Tuhan menunjukkanku, bahwa hidup dan mati itu urusannya. Seberapa pun sedihnya orang yang ditinggal mati, dia tetap hidup. Dan tetap harus menjalani hidup. Seperih apapun hatinya ditinggalkan orang yang dia sayangi. Seberat apapun bebannya tanpa orang yang dia andalkan.



Hidup dan Mati benar-benar kehendakNya yang tak dapat manusia campuri.
Setiap mendengar kabar kematian, wajarnya setiap orang akan merasa sedih dan kehilangan. Entah yang  meninggal adalah keluarganya atau hanya sekedar orang yang ia kenal.
Di setiap mendengar kabar kematian, pikiranku akan membawaku, ke keadaan dimana jika aku yang meninggal. Akan kah orang-orang yang kusayangi menangisiku? Akankah mereka merasa kehilangan? Apakah aku akan dikenang sebagai orang yang baik, atau malah sebaliknya? Akan kah kebaikanku lebih banyak atau keburukanku yang lebih banyak dalam ingatan mereka yang kutinggalkan?
Jika sudah berfikir seperti ini, aku hanya bisa menangis. Menangisi diriku yang belum banyak berbuat kebaikan untuk orang-orang disekitarku. Untuk orang-orang yang mengenalku.
Belum lagi menghadapi dinginnya himpitan tanah sendiri dalam lubang kubur. Belum lagi menghadapi pertanyaan-pertanyaan Malaikat akan apa yang telah kukerjakan selama ini.
Sungguh.. sangat-sangat sungguh tak dapat kubayangkan.
 Ada masa kegelapan, saat seseorang mengalami jenuhnya kehidupan. Begitu pula diriku. Namun saat menyadari bahwa aku pun tak siap untuk mati, maka aku akan berusaha sekuat mungkin menyemangati diriku, untuk tetap hidup. Untuk tetap berjuang. Mengumpulkan bekal untuk matiku.
Teman, jika kau membaca tulisan absurd ini. Dan jika suatu saat kau dilanda kepayahan hidup yang membuatmu ingin segera mati, cobalah tanyakan pada hati nuranimu, apakah kau sanggup menjalani derita setelah kematian?


Bagi mereka yang kehilangan. Bagi mereka yang berduka cita. Bagi mereka yang terkena bencana. Bersabarlah. Ikhlaskan lah. Karena tak ada yang dapat kau lakukan untuk mengembalikan apa yang telah pergi. Mengharapkannya kembali hanya akan membuat kecewa. Dan menyangkal kepergiannya hanya menambah duka. Maka biarlah yang pergi, pergi dengan tenang, dengan diiringi doa tulus dari hatimu.

Dan untuk mereka yang belum kehilangan. Untuk mereka yang belum berduka cita. Untuk mereka yang belum terkena bencana. Bersyukurlah. Bertobatlah. Karena Kematian itu PASTI akan datang kepadamu, kepada orang-orang yang kau sayangi, dan setiap orang yang kau kenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar anda. :)