Welcome

Sarang Nicuap dibuka untuk umum. Apapun yang anda lakukan di sini tidak akan dipungut biaya apapun. Kecuali akses internet pastinya! Enjoy Reading!! :)

Kuliah Perdana S2: FIlsafat Ilmu.



Hari ini, Senin tanggal 5 September 2016 merupakan hari pertama perkuliahan saya sebagai mahasiswa pascasarjana S2 di UNY dengan mata kuliah perdana Filsafat Ilmu yang diampu  oleh Prof. Marsigit, M.A. Kuliah perdana ini kujalani dengan semagat menggebu-gebu untuk segera menyelesaikan studi ini. Tidak lagi seperti waktu S1 dulu, bersantai-santai dalam arus. Terbukti dengan kedatanganku yang terbilang pagi. Hehe.
Sembari menanti dosen, kami mengobrol. Saling kenal. Saling sapa. Walau masih sedikit malu-malu dengan menyebut mbak dan mas untuk orang baru.  Tak lupa saling berbagi pengetahuan tentang apa itu Filsafat Ilmu dan bagaimana alur perkuliahan pada mata kuliah ini.
Kemudian Bapak Dosen pun masuk ke kelas kami, dengan gayanya yang santai namun bersahaja, menyapa kami dengan logat jawanya yg kental. Ini benar PM B? Yang kami iyakan bersamaan. Kemudian beliau menyalakan komputer untuk mengisi absen. Lalu pindah duduk di belakang kelas dan menginstruksikan kami untuk duduk mengelilingi beliau. Beliau juga menyarankan kami untuk merekam perkuliahan menggunakan handphone.

Setelah posisi sudah rapi, Pak Marsigit memulai perkuliahan dengan mengajak kami berdoa di dalam hati sesuai keyakinan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan mengabsen sekaligus perkenalan mengenai asal masing-masing.  Lalu Pak Marsigit mengajak kami untuk bersyukur kepada Tuhan dan mengucapkan selamat kepada kami yang telah menjadi mahasiswa UNY. Dilanjutkan dengan menjelaskan bahwa mata kuliah filsafat ilmu ada 3 level, yaitu level S1, S2 dan S3.
Beliau menjelaskan bahwa menurut beliau Filsafat itu prequisitnya pengalaman, sedangkan pengalaman itu sangat luas. Jadi tidak ada konsep tertentu yang mendahului dan sebagainya. Dalam perkuliahan ini ada beberapa asumsi yang perlu kita ketahui bersama. Ciri-ciri perkuliahan ini yaitu pembelajaran dilakukan tidak hanya di ruang dan waktu yang terbatas (dalam kelas pada jadwalnya), melainkan juga dilakukan diruang dan waktu lainnya dengan cara membaca referensi perkuliahan melalui postingan-postingan beliau dalam blog beliau, www.powermathematics.blogspot.co.id. Tujuannya adalah agar pembelajaran mata kuliah ini dapat dilaksanakan secara independen oleh masing-masing mahasiswa diluar ruang dan waktu yang terbatas ini, sehingga peran mahasiswa bisa dioptimalkan.
Kemudian Pak Marsigit melanjutkan dengan cerita bahwa ada di daerah tertentu itu orang lahir sampe tua tidak pernah dewasa. Tapi ada juga orang yang masih SD tapi tingkat kedewasaannya sudah seperti SMP SMA. Lalu Pak Marsigit memberikan intermezo sederhana yang begitu menyentil berkaitan dengan kebijakan Mantan Menteri Pendidikan tentang mengantar anak ke sekolah. Intermezonya diawali dengan pertanyaan “Apakah dari kalian ada yang datang ke kampus ini masih diantar orangtua?” Tentu saja kami menggeleng.  “Itu berarti anda sudah independen dan mandiri, tidak perlu dianter orangtua. Tetapi kemarin Pak Menteri bikin peraturan suruh nganter SD-SMA. Aku rasanya pengen jadi SMA lagi biar dianter orangtua. SMA masih dianter orangtua, kapan dewasanya.” *Cara yang baik untuk menyampaikan kritik menurutku*
Kemudian cerita berlanjut ke pengalaman beliau waktu kuliah di Inggris. Beliau datang ke sebuah SD. Saat itu di dekat gerbang ada anak-anak kelas 2 SD sedang berolahraga. Kemudian beliau dihampiri oleh dua orang dari anak-anak tersebut, kemudian salah satu dari mereka bertanya, “Anda mau ketemu siapa?” “Kepala sekolah” Jawab Pak Marsigit, kemudian anak tersebut bertanya lagi “Anda dari mana?” “Saya dari Idonesia” Jawab Pak Marsigit. “Oh silahkan masuk, silahkan duduk di ruang tamu. Tunggu saya beritahukan kepala sekolah” Kata anak tersebut yang beberapa saat kemudian kembali lagi menghampiri Pak Marsigit setelah dari ruang kepala sekolah dan berkata “Kata Kepala sekolah tunggu sebentar Pak” ujar anak itu.
Kemudian Pak Marsigit berkata, “Nah kalau itu saya ambil jadi indikator, anak kecil itu sudah bisa disebut dewasa, karena dia sadar dengan lingkungan dan bisa mencari solusi terhadap suatu permasalahan. Sedangkan di sini, sudah kelihatan berkumis, dosennya datang komputer belum nyala. Gak ada yang gerak. Gak ada yang peduli.” Jleb banget gak sih :D *Maaf pak kami kan mahasiswa baru jadi belum begitu paham lingkungan* *ngeles ceritanya*
“Jadi anda itu gak peduli dengan lingkungan.” Sambungnya. “Kalau tidak diperintahkan tidak mau kerja. Itu adalah salah satu contoh. Mungkin jiwa penjajah Belanda masih gentangan di sekitar kita. Maka selamanya kita tidak akan pernah bisa maju jika kita masih seperti itu, tidak mau mengambil peran.”
“Oleh karena itu asumsi pertama dalam perkuliahan ini adalah anda harus dewasa. Tapi ternyata untuk menjadi dewasa itu terbukti tidak mudah.”
“Contoh yang lain, mari kita tengok ke bawah, ada sampah tidak?” Kami pun spontan menunduk melihat dibawah bangku masing-masing. Salah seorang mahasiswa menemukan tissue. “Nah ini berarti kita belum dewasa dari sisi me-manage tissue. Asumsi dalam perkuliahan ini adalah kita ini dewasa. Kalau di Jepang itu, saya duduk di ruang ini artinya saya bertanggung jawab terhadap kebersihan ruangan ini.” Ujarnya.
“Oleh karena itu dalam perkuliahan ini, saya tidak akan memberikan ilmu. Saya tidak akan memberikan filsafat itu. Kalian harus cari sendiri. Karena itu bertentangan dengan hakikat filsafat itu sendiri. Karena kalau saya memberikan, artinya saya memiliki ekspektasi dalam bergaul. Ekspektasi itu perkiraan-perkiraan. Dengan ekspektasi itulah anda kemudian mampu merespon, komunikasi, melihat, mendengar, dst. Nah kalau saya memberikan itu semua setiap konsep demi konsep, itu berarti pikiranmu itu dikendalikan dengan ekspektasi saya. Engkau tidak memiliki ekspektasi. Secara psikologi itu bertentangan, tidak sesuai dengan kodratnya manusia hidup, bahwa manusia itu hidup ada usaha pada diri sendiri untuk menjadi dirimu masing-masing. Karena kalau saya bicara terus sampai 24 jam, maka itu sama saja saya sedang berusaha menjadikan dirimu seperti diriku. Itu tidak cocok dengan kodratnya, karena kodratnya itu dirimu beda diriku. Walaupun itu konsep, pendengaran, penglihatan, dsb. Jadi di dalam filsafat itu beda sama dengan sama. Separuh beda, separuh sama. Dijumlahkan menjadi hidup yang utuh. Harus ada beda, harus ada sama. Jadi harus diberikan kesempatan yang beda itu.”
“Jadi seumur hidup kalau aku mencari persamaan antara kamu dan diriku itu tidak akan pernah selesai. Contoh: sama-sama makan, sama-sama makan nasi, nasi apa, makan dimana, nasi beli dimana, dst. Sama-sama naik motor, motor apa, bannya gimana, dst. Jadi tidak akan pernah selesai. Begitu juga dengan yang beda.
Oleh karena itu saya tidak ingin memaksakan anda sama pikiran dengan saya. Silahkan cari bedanya.  Itu yang kedua bahwa saya tidak akan memberikan ilmu pada anda. Tetapi bagaimana dengan tanggung jawab saya sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai dosen. Bedanya tua dengan muda, bedanya yang dewasa dan yang belum dewasa, bedanya anak-anak dan dewasa, bedanya orangtua yang belum dewasa dengan anak-anak yang sudah dewasa, ada bedanya.  Bedanya apa? Bedanya karena perbedaan skema. Skema itu struktur. Kenapa orang Jepang begitu? Karena mereka sudah ada skemanya. Di sini kenapa kita ga ada skemanya? Karena kita itu rapuh, tercerai berai karena masyarakat yag heterogen tetapi belum digarap. Atau itu sisa-sisa peninggalan nenek moyang. Nenek moyang kita itu diwarnai rasa takut. Budaya kita itu diwarnai rasa takut, dikuasai, sehingga kita hidup serba ketakutan. Sehingga ketika diambil ketakutan itu kita kehilangan orientasi. Oleh karena itu maka beda saya dengan anda adalah strukturnya. Dilihat secara spesifik ada ciri-ciri indikasi bahwasanya disitu ada struktur/skema. Biasanya secara fisik keliatan, tetapi tidak selalu. Andai katapun secara fisik kelihatan, tetapi struktur seperti apa?”
“Misalnya orang seperti saya. Seperti saya ini gak akan anda mengatakan saya ini sweet seventeen. Tadi kuliahnya Pak Marsigit, kayak sweet seventeen. Seventeen plus fourteen. Bukan sweet tapi siut. Nah kemudian langsung dari ciri-ciri fisiknya sudah kelihatan. Kelazimannya, hukumnya, indikatornya sudah kelihatan. Silahkan lewat yang sudah punya cucu.. saya pantes lewat. Tapi kalau anda, apa iya? Itu spontan. Sehingga kalau saya ngomong sudah punya cucu, ber-chemistry omongan saya dengan keadaannya. Tapi bukan itu maksudnya skema. Nah skemanya saya di sini sebagai dosen, anda bisa lihat dari jadwalnya. Dosennya namanya Prof. Dr. Marsigit, M.A.”
“Eh anak tetangga saya lahir sudah diberi namanya Prof. Dr. Marsigit, M.A. Percaya? Gak kan?! Kenapa gak percaya? Karena ada skema, struktur di situ. Jelaslah. Kecuali bagi suku di pedalaman sana, suku anak dalam. Ngasih nama Prof. Dr. Marsigit, M.A karena indah di dengar saja. Sehingga satu suku itu namanya profesor semua. Nggak ngerti profesor darimana. Ikut-ikutan saja. Eh ternyata dari suku kampung itu ada yang kuliah di sini, ngasih tahu kalau MA itu ga sembarang, harus kuliah di luar negeri 1,5 tahun.”
“Itu karena dia gak ngerti strukturnya. Struktur itulah yang membedakan secara formal. Kalo substansi (isinya) mari kita ngobrol, 30 jam sehari kalau bisa. Tapi bentuk formalnya, gak sembarang bisa ditaruh di situ. Karena ada formal semacam itulah, anda bisa menebak. Dari namanya saja sudah ada strukturnya. Struktur alami itu berupa gunung. Maka struktur keilmuwan itu adalah berupa gunung.”
“Oleh karena itu, maka saya menghadapi anda itu dengan skema dan struktur. Strukturnya itu sudah ada, tinggal digali sendiri oleh anda masing-masing. Oleh karena itu saya menyediakan skema buat anda, Untuk apa? Untuk membangun hidup dirimu. Skemanya itu ada di blog saya: http://www.powermathematics.blogspot.com. Itu sebagai pengganti kehadiran saya. Jadi kalau anda ingin menghadirkan saya, cukup buka blog itu, aku janji akan hadir di tengah-tengah dirimu. Itu yang pertama. Yang kedua http://uny.academia.edu/MarsigitHrd. Jadi nasib anda itu di dua website itu. Dimanapun anda panggil aku akan hadir. Silahkan buka itu. Engkau panggil aku akan hadir.”
“Syarat-syarat dibuka itu harus dipenuhi dulu. Masuk daerah tertentu itu ada syaratnya. Syaratnya apa? Berdoa di dalam hati supaya ikhlas. Jadi di daerah mana pun, masuk ke mana pun kita niati awali dengan doa. Doa itu persiapan bathin dan motivasi yang paling tinggi. Itu syarat yang pertama. Syarat yang kedua yaitu berusaha dimengerti.”
Jadi syarat yang pertama itu berdoa, supaya ikhlas di dalam hati dan yang syarat yang kedua itu berusaha dimengerti supaya ikhlas dalam pikir. Baca saja, bagi orang yang belum paham itu adalah rubbish. Tapi ternyata bagi pemulung sampah itu berguna. Anda mencari ilmu itu adalah seorang pemulung. Niatkan diri mencari ilmu sebagai pemulung supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan sombong maka dia tidak akan mendapat apa-apa di dalam pikirannya. Apalagi di dalam hatinya. Berdoa kok dengan sombongnya. Ya doanya tidak akan dikabulkan. Tuhan itu tidak suka dengan orang yang sombong.”
“Khusus bagi yang non-muslim, nanti karena filsafat itu tidak bisa dihindari dengan naik ke spiritual. Bagi yang non-muslim silahkan menyesuaikan diri. Cari yang masih layak dan mampu untuk dibaca. Tapi kalau masuk ke aqidahnya, dan tidak sanggup cari yang lain. Masih banyak yang bisa dibaca.”
“Jadi keikhlasan anda untuk berjuang diperlukan. Yang kelihatan sampah jadi berlian. Jadi pandai-pandailah. Silahkan cari yang suka yang cocok. Berusaha tapi jangan dipaksakan. Cuma tolong tinggalkan jejak. Begitu anda buka jangan sampai anda tidak meninggal jejak. Jejak anda itu anda membuat komen.”
“Nah tulisan saya itu sekitar 600-700, anda mengumpulkan poin. Satu bacaan satu komen, jangan dua. Satu komen saja. Dan semua mahasiswa yang ikut kuliah saya, saya wajibkan untuk membaca blog saya. Blog saya itu kelebihannya adalah lengkap dengan unsur-unsurnya, disamping itu ada link. Nanti kalau anda buka sudah aku tayangkan RPS, ketika anda buka bukan di sana linknya, tapi di situs kedua. Tetapi ternyata walaupun kurang bergengsi tidak pernah mogok sampai sekarang.”
“Kalau anda membaca jangan berpikir bacaan itu urut. Kenapa saya tidak urutkan? Karena sulit dibuat. Yang kedua, blog saya sudah banyak yang gunakan. Kalo saya ubah, urutkan nanti hilang di blog mereka. Anda membuat komen, dasarnya itu anda membaca dan paham. Bisa juga sih anda membaca tulisan orang lain. Yang penting ikhlas dalam hati dan ikhlas dalam olah pikir. Jangan manipulatif karena ingin mengejar target, seperti supir kenek.”
“Itu persiapan perkuliahan dari sisi mekanisme, belum dari sisi filsafatnya. Sehingga secara teori saya tidak perlu menguji anda itu. Dan perkuliahan selanjutnya minggu depan, ada dua macam, anda bertanya dan saya bertanya. Setiap kuliah anda mempersiapkan minimal 5 pertanyaan sembarang. Diberi nama, asal daerah boleh, kemudian diberi 5 pertanyaan bebas. Bisa terinspirasi dari blog saya, membaca sesuatu, atau melihat sesuatu. Tapi anda juga siap saya tanya, namanya test jawab singkat. Setiap hari ada test jawab singkat, 50 soal. Test jawab singkat hanya di dalam kelas ini. Nah test jawab singkat itu bisa digunakan untuk bertanya periode selanjutnya. Jadi dengan tanya jawab itulah, sebenar-benar ilmu diawali dengan bertanya. Barang siapa tidak punya pertanyaan, maka dia tidak punya ilmu.”
“Kamu kenapa ga bertanya? Saya tidur. Orang tidur tidak punya ilmu. Orang mati tidak punya pertanyaan. Berarti orang yang bertanya itu masih hidup. Ilmunya manusia itu bagi orang-orang yg masih hidup. Kalau sudah mati bukan ilmu lagi namanya, tapi amal. Amal manusa itu seperti manusia ditaruh di kotak lalu disaring-saring.. giginya lepas, pendengarannya hilang, penglihatannya hilang, dst, sampai nafasnya hilang, tinggal amal. Maka orangtua itu prosesnya seperti itu. Lama-lama pendengarannya hilang, penglihatannya hilang. Kalau lihat orang, sama semua, muda semua. Di padang mahsyar sana besok orang itu muda semua. Kalau gak percaya, jumat besok ornas, kalau dapet baju putih, semua orang terlihat muda. Apalagi kalau lihatnya dari jauh.. jauh.. bayi semua itu.” *Benar-benar filosofis*
“Kalau anda masih terang benderang, masih jelas, masih enak mendengarkan, belum berhasil saya. Keberhasilan saya itu kalau sudah bikin kalian kacau di dalam pikiran. Sebenar-benar ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jagan kacau di dalam hati karena itu adalah godaan syetan. Orang sedang marah itu kacau di dalam hati. Orang mencari rumus itu kacau di dalam pikiran. Ini bangunan kalau tidak kacau tidak bakal ada, semen, campur kerikil, dikacau-kacauin. Jadi kalau mau maju harus berani kacau.”
“Sekarang dari sisi filsafatnya bagaimana persiapannya. Karena filsafat itu adalah kacaunya pikiran, di dalam filsafat ini teguhkan dan kokohkan spiritual anda. Kalau sudah kacau pikiran jangan diteruskan, ibadah. Kalau tidak, dikhawatirkan pikiran anda akan mengalami degradasi atau menjadi kering. Jangan sampai terjadi. Jadi nanti anda akan menemukan, akan menjumpai, bahwa filsafat itu apa saja.”
“Orang bilang filsafat itu menurut ini, menurut itu. Aku gak gitu. Silahkan anda definisikan sendiri. Karena filsafat itu adalah dirimu sendiri. Baca, baca, baca. Maka sebenar-benarnya filsafat itu adalah membaca. Jadi, satu filsafat itu adalah membaca. Padahal tadi saya mengatakan filsafat itu adalah semuanya dan tadi filsafat itu adalah olah pikir.”
“Maka sebenar-benar bacaan filsafat itu adalah tulisan para filsuf. Padahal di dunia ini tidak ada orang yang mengaku filsuf. Barangsiapa mengaku filsuf maka sebenar-benarnya dia adalah bukanlah filsuf. Lho kok ada filsuf? Itu orang lain yang ngomong. Jadi nama besarku itu bukan karena saya, tapi karena dirimu. Jadi jangan paksakan orang lain mengakui kebesaran dirimu. Biar ikhlas sesuai hatinya. Kalau anda berkarya kan nanti terukir dalam sejarah hidupmu.”
“Kemudian pengalaman yang sudah-sudah itu faedahnya adalah berfilsafat itu membuat pikiran kita menjadi cair, tidak membeku. Antara batu, pasir, lumpur, air, uap air. Transformasi. Maka filsafat itu lebih cepat daripada uap air. Mana tadi yang dari samarinda, yang banjarmasin. Ini tangan saya sudah berpergian dari manado ke banjarmasi. Ini baru tangan saya belum pikiran saya. Itu filsafat itu lebih cepat dari zarah manapun. Sinar laser pun kalah. Maka Nabi Muhammad itu isra’ mi’raj digambarkan naik kuda bersayap, cepat banget itu. Maka jauh di mata dekat di hati. Dekat di mata jauh di hati, itu namanya kurang ajar itu.”
Kemudian Pak Marsigit memberikan kesempatan kami untuk bertanya.
Seorang mahasiswa, Mas Nanang bertanya: “Kata apa yang paling dekat untuk mendefinisikan filsafat itu?”
Jawaban Profesor Marsigit: “Pertanyaanmu itulah filsafat. Kalau yang paling jauh atau yang paling dekat, itu namanya memilih. Jadi sebenar-benarnya filsafat itu adalah memilih. Bingung kan. Makanya baca blog saya. Sudah berhasil saya kalau anda sudah bingung. Karena sebenar-benarnya filsafat adalah bingung. Anda sudah mulai gelisah, gak karu-karuan. Pak Marsigit itu ngomongnya gak karu-karuan. Maka semakin saya banyak ngomong, semakin berbahaya. Maka saya berpacu dengan anda. Anda harus membekali diri, anda harus mempunyai kekuatan diri supaya tidak tergilas dengan omongan saya. Baru omongan saya menimpa dirimu itu sudah berbahaya, karena kamu bisa kehilangan sifat-sifatmu. Dan aku gak mau engkau menjadi bayangan saya. Karena kalau engkau jadi bayangan saya, sama saja seperti saya menciptakan robot. Silahkan jadi dirimu sendiri melalui bacaan-bacaan itu tadi. Maka pesan saya tadi, teguhkan spiritual anda.”
Karena waktu perkuliahan sudah hampir habis Pak Marsigit pun menutup kuliah,
“Demikianlah saudara, untuk minggu depan aku diingatkan kalau mau test, tolong diingatkan. Beranilah menghadapi kehidupan. Kalau saya lupa jangan  dibiarkan. Apalagi didoakan supaya Pak Marsigit lupa. Gak usah kayak gitu, itu namanya terlalu merekayasa dunia. Itu namanya mendahului kehendak Tuhan. Kita saling mengingatkan.” Ujar beliau menasehati.
“ Baiklah saudara, sekali lagi saya mengucapkan selamat membaca blog saya. Selamat membangun hidup anda. Itu gunanya untuk mencerdaskan, kalau sudah cerdas diimbangi dengan hati yang kokoh. “
Kemudian perkuliahan diakhiri dengan berdoa.


 Inti dari perkuliahan pembuka ini penuh dengan pesan-pesan antara lain sebagai berikut:

  1. Bahwa karena ruang dan waktu kuliah sangat terbatas, Pak Marsigit menyarankan kami untuk mempelajari filsafat dengan membuka blog beliau sekaligus meninggalkan jejak sebagai point kami. Tujuannya adalah agar pembelajaran mata kuliah ini dapat dilaksanakan secara independen oleh masing-masing mahasiswa diluar ruang dan waktu yang terbatas ini, sehingga peran mahasiswa bisa dioptimalkan.
  2. Dalam perkuliahan ini mhasiswa diasumsikan sudah dewasa. Dewasa di sini artinya sadar dengan lingkungan dan bisa mencari solusi terhadap suatu permasalahan.
  3. Dalam perkuliahan ini, Pak Marsigit tidak akan memberikan ilmu. Saya tidak akan memberikan filsafat itu. Melainkan mahasiswa harus mencari sendiri agar mahasiswa memiliki ekspektasi sendiri dan menjadi diri masing-masing. Karena kodratnya dosen dan mahasiswa itu berbeda, setiap orang berbeda.
  4. Perbedaan setiap orang adalah karena perbedaan skema (struktur). Adanya struktur/skema memiliki ciri-ciri indikasi yang spesisifik.
  5.  Pak Marsigit menyediakan skema untuk kami baca di blog beliau: http://www.powermathematics.blogspot.com dan http://uny.academia.edu/MarsigitHrd.
  6. Dalam memasuki ranah filsafat ataupun masuk kemanapun harus diawali dengan doa. Karena doa adalah persiapan bathin dan motivasi yang paling tinggi.
  7. Niatkan diri mencari ilmu sebagai pemulung supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan sombong maka dia tidak akan mendapat apa-apa di dalam pikirannya. Apalagi di dalam hatinya. Selain itu keikhlasan untuk berjuang dalam menuntut ilmu diperlukan.
  8. Sebenar-benar ilmu diawali dengan bertanya. Barang siapa tidak punya pertanyaan, maka dia tidak punya ilmu.
  9. Sebenar-benar ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jagan sekali-kali kacau di dalam hati karena itu adalah godaan syetan. Oleh karena itu kita harus meneguhkan dan mengokohkan spiritual masing-masing
  10. Definisi filsafat adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu kita harus banyak membaca. Dan sebenar-benar bacaan filsafat itu adalah tulisan para filsuf.
  11. Jangan paksakan orang lain mengakui kebesaran dirimu. Biarkan karya kita yang membuktikannya.
  12.   Manfaat berfilsafat itu membuat pikiran menjadi cair, tidak membeku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar anda. :)