Hari ini, Senin
tanggal 5 September 2016 merupakan hari pertama perkuliahan saya sebagai
mahasiswa pascasarjana S2 di UNY dengan mata kuliah perdana Filsafat Ilmu yang
diampu oleh Prof. Marsigit, M.A. Kuliah
perdana ini kujalani dengan semagat menggebu-gebu untuk segera menyelesaikan
studi ini. Tidak lagi seperti waktu S1 dulu, bersantai-santai dalam arus.
Terbukti dengan kedatanganku yang terbilang pagi. Hehe.
Sembari menanti
dosen, kami mengobrol. Saling kenal. Saling sapa. Walau masih sedikit malu-malu
dengan menyebut mbak dan mas untuk orang baru.
Tak lupa saling berbagi pengetahuan tentang apa itu Filsafat Ilmu dan bagaimana
alur perkuliahan pada mata kuliah ini.
Kemudian Bapak
Dosen pun masuk ke kelas kami, dengan gayanya yang santai namun bersahaja,
menyapa kami dengan logat jawanya yg kental. Ini benar PM B? Yang kami iyakan
bersamaan. Kemudian beliau menyalakan komputer untuk mengisi absen. Lalu pindah
duduk di belakang kelas dan menginstruksikan kami untuk duduk mengelilingi
beliau. Beliau juga menyarankan kami untuk merekam perkuliahan menggunakan
handphone.
Setelah posisi
sudah rapi, Pak Marsigit memulai perkuliahan dengan mengajak kami berdoa di
dalam hati sesuai keyakinan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen sekaligus perkenalan mengenai asal masing-masing. Lalu Pak Marsigit mengajak kami untuk
bersyukur kepada Tuhan dan mengucapkan selamat kepada kami yang telah menjadi
mahasiswa UNY. Dilanjutkan dengan menjelaskan bahwa mata kuliah filsafat ilmu
ada 3 level, yaitu level S1, S2 dan S3.
Beliau
menjelaskan bahwa menurut beliau Filsafat itu prequisitnya pengalaman,
sedangkan pengalaman itu sangat luas. Jadi tidak ada konsep tertentu yang
mendahului dan sebagainya. Dalam perkuliahan ini ada beberapa asumsi yang perlu
kita ketahui bersama. Ciri-ciri perkuliahan ini yaitu pembelajaran dilakukan
tidak hanya di ruang dan waktu yang terbatas (dalam kelas pada jadwalnya),
melainkan juga dilakukan diruang dan waktu lainnya dengan cara membaca
referensi perkuliahan melalui postingan-postingan beliau dalam blog beliau, www.powermathematics.blogspot.co.id.
Tujuannya adalah agar pembelajaran mata kuliah ini dapat dilaksanakan secara
independen oleh masing-masing mahasiswa diluar ruang dan waktu yang terbatas
ini, sehingga peran mahasiswa bisa dioptimalkan.
Kemudian Pak
Marsigit melanjutkan dengan cerita bahwa ada di daerah tertentu itu orang lahir
sampe tua tidak pernah dewasa. Tapi ada juga orang yang masih SD tapi tingkat
kedewasaannya sudah seperti SMP SMA. Lalu Pak Marsigit memberikan intermezo
sederhana yang begitu menyentil berkaitan dengan kebijakan Mantan Menteri
Pendidikan tentang mengantar anak ke sekolah. Intermezonya diawali dengan
pertanyaan “Apakah dari kalian ada yang datang ke kampus ini masih diantar
orangtua?” Tentu saja kami menggeleng.
“Itu berarti anda sudah independen dan mandiri, tidak perlu dianter
orangtua. Tetapi kemarin Pak Menteri bikin peraturan suruh nganter SD-SMA. Aku
rasanya pengen jadi SMA lagi biar dianter orangtua. SMA masih dianter orangtua,
kapan dewasanya.” *Cara yang baik untuk menyampaikan kritik menurutku*
Kemudian cerita
berlanjut ke pengalaman beliau waktu kuliah di Inggris. Beliau datang ke sebuah
SD. Saat itu di dekat gerbang ada anak-anak kelas 2 SD sedang berolahraga.
Kemudian beliau dihampiri oleh dua orang dari anak-anak tersebut, kemudian
salah satu dari mereka bertanya, “Anda mau ketemu siapa?” “Kepala sekolah”
Jawab Pak Marsigit, kemudian anak tersebut bertanya lagi “Anda dari mana?”
“Saya dari Idonesia” Jawab Pak Marsigit. “Oh silahkan masuk, silahkan duduk di
ruang tamu. Tunggu saya beritahukan kepala sekolah” Kata anak tersebut yang
beberapa saat kemudian kembali lagi menghampiri Pak Marsigit setelah dari ruang
kepala sekolah dan berkata “Kata Kepala sekolah tunggu sebentar Pak” ujar anak
itu.
Kemudian Pak
Marsigit berkata, “Nah kalau itu saya ambil jadi indikator, anak kecil itu
sudah bisa disebut dewasa, karena dia sadar dengan lingkungan dan bisa mencari
solusi terhadap suatu permasalahan. Sedangkan di sini, sudah kelihatan
berkumis, dosennya datang komputer belum nyala. Gak ada yang gerak. Gak ada
yang peduli.” Jleb banget gak sih :D *Maaf pak kami kan mahasiswa baru jadi
belum begitu paham lingkungan* *ngeles ceritanya*
“Jadi anda itu
gak peduli dengan lingkungan.” Sambungnya. “Kalau tidak diperintahkan tidak mau
kerja. Itu adalah salah satu contoh. Mungkin jiwa penjajah Belanda masih
gentangan di sekitar kita. Maka selamanya kita tidak akan pernah bisa maju jika
kita masih seperti itu, tidak mau mengambil peran.”
“Oleh karena
itu asumsi pertama dalam perkuliahan ini adalah anda harus dewasa. Tapi ternyata
untuk menjadi dewasa itu terbukti tidak mudah.”
“Contoh yang
lain, mari kita tengok ke bawah, ada sampah tidak?” Kami pun spontan menunduk
melihat dibawah bangku masing-masing. Salah seorang mahasiswa menemukan tissue.
“Nah ini berarti kita belum dewasa dari sisi me-manage tissue. Asumsi dalam
perkuliahan ini adalah kita ini dewasa. Kalau di Jepang itu, saya duduk di
ruang ini artinya saya bertanggung jawab terhadap kebersihan ruangan ini.”
Ujarnya.
“Oleh karena
itu dalam perkuliahan ini, saya tidak akan memberikan ilmu. Saya tidak akan
memberikan filsafat itu. Kalian harus cari sendiri. Karena itu bertentangan
dengan hakikat filsafat itu sendiri. Karena kalau saya memberikan, artinya saya
memiliki ekspektasi dalam bergaul. Ekspektasi itu perkiraan-perkiraan. Dengan
ekspektasi itulah anda kemudian mampu merespon, komunikasi, melihat, mendengar,
dst. Nah kalau saya memberikan itu semua setiap konsep demi konsep, itu berarti
pikiranmu itu dikendalikan dengan ekspektasi saya. Engkau tidak memiliki ekspektasi.
Secara psikologi itu bertentangan, tidak sesuai dengan kodratnya manusia hidup,
bahwa manusia itu hidup ada usaha pada diri sendiri untuk menjadi dirimu
masing-masing. Karena kalau saya bicara terus sampai 24 jam, maka itu sama saja
saya sedang berusaha menjadikan dirimu seperti diriku. Itu tidak cocok dengan
kodratnya, karena kodratnya itu dirimu beda diriku. Walaupun itu konsep,
pendengaran, penglihatan, dsb. Jadi di dalam filsafat itu beda sama dengan
sama. Separuh beda, separuh sama. Dijumlahkan menjadi hidup yang utuh. Harus
ada beda, harus ada sama. Jadi harus diberikan kesempatan yang beda itu.”
“Jadi seumur
hidup kalau aku mencari persamaan antara kamu dan diriku itu tidak akan pernah
selesai. Contoh: sama-sama makan, sama-sama makan nasi, nasi apa, makan dimana,
nasi beli dimana, dst. Sama-sama naik motor, motor apa, bannya gimana, dst.
Jadi tidak akan pernah selesai. Begitu juga dengan yang beda.
Oleh karena itu
saya tidak ingin memaksakan anda sama pikiran dengan saya. Silahkan cari
bedanya. Itu yang kedua bahwa saya tidak
akan memberikan ilmu pada anda. Tetapi bagaimana dengan tanggung jawab saya
sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai dosen. Bedanya tua dengan muda,
bedanya yang dewasa dan yang belum dewasa, bedanya anak-anak dan dewasa,
bedanya orangtua yang belum dewasa dengan anak-anak yang sudah dewasa, ada
bedanya. Bedanya apa? Bedanya karena
perbedaan skema. Skema itu struktur. Kenapa orang Jepang begitu? Karena mereka
sudah ada skemanya. Di sini kenapa kita ga ada skemanya? Karena kita itu rapuh,
tercerai berai karena masyarakat yag heterogen tetapi belum digarap. Atau itu
sisa-sisa peninggalan nenek moyang. Nenek moyang kita itu diwarnai rasa takut.
Budaya kita itu diwarnai rasa takut, dikuasai, sehingga kita hidup serba ketakutan.
Sehingga ketika diambil ketakutan itu kita kehilangan orientasi. Oleh karena
itu maka beda saya dengan anda adalah strukturnya. Dilihat secara spesifik ada
ciri-ciri indikasi bahwasanya disitu ada struktur/skema. Biasanya secara fisik
keliatan, tetapi tidak selalu. Andai katapun secara fisik kelihatan, tetapi
struktur seperti apa?”
“Misalnya orang
seperti saya. Seperti saya ini gak akan anda mengatakan saya ini sweet
seventeen. Tadi kuliahnya Pak Marsigit, kayak sweet seventeen. Seventeen plus
fourteen. Bukan sweet tapi siut. Nah kemudian langsung dari ciri-ciri fisiknya
sudah kelihatan. Kelazimannya, hukumnya, indikatornya sudah kelihatan. Silahkan
lewat yang sudah punya cucu.. saya pantes lewat. Tapi kalau anda, apa iya? Itu
spontan. Sehingga kalau saya ngomong sudah punya cucu, ber-chemistry omongan
saya dengan keadaannya. Tapi bukan itu maksudnya skema. Nah skemanya saya di
sini sebagai dosen, anda bisa lihat dari jadwalnya. Dosennya namanya Prof. Dr.
Marsigit, M.A.”
“Eh anak
tetangga saya lahir sudah diberi namanya Prof. Dr. Marsigit, M.A. Percaya? Gak
kan?! Kenapa gak percaya? Karena ada skema, struktur di situ. Jelaslah. Kecuali
bagi suku di pedalaman sana, suku anak dalam. Ngasih nama Prof. Dr. Marsigit,
M.A karena indah di dengar saja. Sehingga satu suku itu namanya profesor semua.
Nggak ngerti profesor darimana. Ikut-ikutan saja. Eh ternyata dari suku kampung
itu ada yang kuliah di sini, ngasih tahu kalau MA itu ga sembarang, harus
kuliah di luar negeri 1,5 tahun.”
“Itu karena dia
gak ngerti strukturnya. Struktur itulah yang membedakan secara formal. Kalo
substansi (isinya) mari kita ngobrol, 30 jam sehari kalau bisa. Tapi bentuk
formalnya, gak sembarang bisa ditaruh di situ. Karena ada formal semacam
itulah, anda bisa menebak. Dari namanya saja sudah ada strukturnya. Struktur
alami itu berupa gunung. Maka struktur keilmuwan itu adalah berupa gunung.”
“Oleh karena
itu, maka saya menghadapi anda itu dengan skema dan struktur. Strukturnya itu
sudah ada, tinggal digali sendiri oleh anda masing-masing. Oleh karena itu saya
menyediakan skema buat anda, Untuk apa? Untuk membangun hidup dirimu. Skemanya
itu ada di blog saya: http://www.powermathematics.blogspot.com.
Itu sebagai pengganti kehadiran saya. Jadi kalau anda ingin menghadirkan saya,
cukup buka blog itu, aku janji akan hadir di tengah-tengah dirimu. Itu yang
pertama. Yang kedua http://uny.academia.edu/MarsigitHrd.
Jadi nasib anda itu di dua website itu. Dimanapun anda panggil aku akan hadir.
Silahkan buka itu. Engkau panggil aku akan hadir.”
“Syarat-syarat
dibuka itu harus dipenuhi dulu. Masuk daerah tertentu itu ada syaratnya.
Syaratnya apa? Berdoa di dalam hati supaya ikhlas. Jadi di daerah mana pun,
masuk ke mana pun kita niati awali dengan doa. Doa itu persiapan bathin dan
motivasi yang paling tinggi. Itu syarat yang pertama. Syarat yang kedua yaitu
berusaha dimengerti.”
Jadi syarat
yang pertama itu berdoa, supaya ikhlas di dalam hati dan yang syarat yang kedua
itu berusaha dimengerti supaya ikhlas dalam pikir. Baca saja, bagi orang yang
belum paham itu adalah rubbish. Tapi ternyata bagi pemulung sampah itu berguna.
Anda mencari ilmu itu adalah seorang pemulung. Niatkan diri mencari ilmu sebagai
pemulung supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan sombong
maka dia tidak akan mendapat apa-apa di dalam pikirannya. Apalagi di dalam
hatinya. Berdoa kok dengan sombongnya. Ya doanya tidak akan dikabulkan. Tuhan
itu tidak suka dengan orang yang sombong.”
“Khusus bagi
yang non-muslim, nanti karena filsafat itu tidak bisa dihindari dengan naik ke
spiritual. Bagi yang non-muslim silahkan menyesuaikan diri. Cari yang masih
layak dan mampu untuk dibaca. Tapi kalau masuk ke aqidahnya, dan tidak sanggup
cari yang lain. Masih banyak yang bisa dibaca.”
“Jadi
keikhlasan anda untuk berjuang diperlukan. Yang kelihatan sampah jadi berlian.
Jadi pandai-pandailah. Silahkan cari yang suka yang cocok. Berusaha tapi jangan
dipaksakan. Cuma tolong tinggalkan jejak. Begitu anda buka jangan sampai anda
tidak meninggal jejak. Jejak anda itu anda membuat komen.”
“Nah tulisan
saya itu sekitar 600-700, anda mengumpulkan poin. Satu bacaan satu komen,
jangan dua. Satu komen saja. Dan semua mahasiswa yang ikut kuliah saya, saya
wajibkan untuk membaca blog saya. Blog saya itu kelebihannya adalah lengkap
dengan unsur-unsurnya, disamping itu ada link. Nanti kalau anda buka sudah aku
tayangkan RPS, ketika anda buka bukan di sana linknya, tapi di situs kedua.
Tetapi ternyata walaupun kurang bergengsi tidak pernah mogok sampai sekarang.”
“Kalau anda
membaca jangan berpikir bacaan itu urut. Kenapa saya tidak urutkan? Karena
sulit dibuat. Yang kedua, blog saya sudah banyak yang gunakan. Kalo saya ubah,
urutkan nanti hilang di blog mereka. Anda membuat komen, dasarnya itu anda
membaca dan paham. Bisa juga sih anda membaca tulisan orang lain. Yang penting
ikhlas dalam hati dan ikhlas dalam olah pikir. Jangan manipulatif karena ingin
mengejar target, seperti supir kenek.”
“Itu persiapan
perkuliahan dari sisi mekanisme, belum dari sisi filsafatnya. Sehingga secara
teori saya tidak perlu menguji anda itu. Dan perkuliahan selanjutnya minggu
depan, ada dua macam, anda bertanya dan saya bertanya. Setiap kuliah anda
mempersiapkan minimal 5 pertanyaan sembarang. Diberi nama, asal daerah boleh,
kemudian diberi 5 pertanyaan bebas. Bisa terinspirasi dari blog saya, membaca
sesuatu, atau melihat sesuatu. Tapi anda juga siap saya tanya, namanya test
jawab singkat. Setiap hari ada test jawab singkat, 50 soal. Test jawab singkat
hanya di dalam kelas ini. Nah test jawab singkat itu bisa digunakan untuk
bertanya periode selanjutnya. Jadi dengan tanya jawab itulah, sebenar-benar
ilmu diawali dengan bertanya. Barang siapa tidak punya pertanyaan, maka dia
tidak punya ilmu.”
“Kamu kenapa ga
bertanya? Saya tidur. Orang tidur tidak punya ilmu. Orang mati tidak punya
pertanyaan. Berarti orang yang bertanya itu masih hidup. Ilmunya manusia itu
bagi orang-orang yg masih hidup. Kalau sudah mati bukan ilmu lagi namanya, tapi
amal. Amal manusa itu seperti manusia ditaruh di kotak lalu disaring-saring..
giginya lepas, pendengarannya hilang, penglihatannya hilang, dst, sampai
nafasnya hilang, tinggal amal. Maka orangtua itu prosesnya seperti itu.
Lama-lama pendengarannya hilang, penglihatannya hilang. Kalau lihat orang, sama
semua, muda semua. Di padang mahsyar sana besok orang itu muda semua. Kalau gak
percaya, jumat besok ornas, kalau dapet baju putih, semua orang terlihat muda.
Apalagi kalau lihatnya dari jauh.. jauh.. bayi semua itu.” *Benar-benar
filosofis*
“Kalau anda
masih terang benderang, masih jelas, masih enak mendengarkan, belum berhasil
saya. Keberhasilan saya itu kalau sudah bikin kalian kacau di dalam pikiran.
Sebenar-benar ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jagan kacau di dalam hati
karena itu adalah godaan syetan. Orang sedang marah itu kacau di dalam hati.
Orang mencari rumus itu kacau di dalam pikiran. Ini bangunan kalau tidak kacau
tidak bakal ada, semen, campur kerikil, dikacau-kacauin. Jadi kalau mau maju
harus berani kacau.”
“Sekarang dari
sisi filsafatnya bagaimana persiapannya. Karena filsafat itu adalah kacaunya
pikiran, di dalam filsafat ini teguhkan dan kokohkan spiritual anda. Kalau
sudah kacau pikiran jangan diteruskan, ibadah. Kalau tidak, dikhawatirkan
pikiran anda akan mengalami degradasi atau menjadi kering. Jangan sampai
terjadi. Jadi nanti anda akan menemukan, akan menjumpai, bahwa filsafat itu apa
saja.”
“Orang bilang
filsafat itu menurut ini, menurut itu. Aku gak gitu. Silahkan anda definisikan
sendiri. Karena filsafat itu adalah dirimu sendiri. Baca, baca, baca. Maka
sebenar-benarnya filsafat itu adalah membaca. Jadi, satu filsafat itu adalah
membaca. Padahal tadi saya mengatakan filsafat itu adalah semuanya dan tadi
filsafat itu adalah olah pikir.”
“Maka
sebenar-benar bacaan filsafat itu adalah tulisan para filsuf. Padahal di dunia
ini tidak ada orang yang mengaku filsuf. Barangsiapa mengaku filsuf maka
sebenar-benarnya dia adalah bukanlah filsuf. Lho kok ada filsuf? Itu orang lain
yang ngomong. Jadi nama besarku itu bukan karena saya, tapi karena dirimu. Jadi
jangan paksakan orang lain mengakui kebesaran dirimu. Biar ikhlas sesuai
hatinya. Kalau anda berkarya kan nanti terukir dalam sejarah hidupmu.”
“Kemudian
pengalaman yang sudah-sudah itu faedahnya adalah berfilsafat itu membuat
pikiran kita menjadi cair, tidak membeku. Antara batu, pasir, lumpur, air, uap
air. Transformasi. Maka filsafat itu lebih cepat daripada uap air. Mana tadi
yang dari samarinda, yang banjarmasin. Ini tangan saya sudah berpergian dari
manado ke banjarmasi. Ini baru tangan saya belum pikiran saya. Itu filsafat itu
lebih cepat dari zarah manapun. Sinar laser pun kalah. Maka Nabi Muhammad itu
isra’ mi’raj digambarkan naik kuda bersayap, cepat banget itu. Maka jauh di
mata dekat di hati. Dekat di mata jauh di hati, itu namanya kurang ajar itu.”
Kemudian Pak
Marsigit memberikan kesempatan kami untuk bertanya.
Seorang
mahasiswa, Mas Nanang bertanya: “Kata apa yang paling dekat untuk
mendefinisikan filsafat itu?”
Jawaban Profesor
Marsigit: “Pertanyaanmu itulah filsafat. Kalau yang paling jauh atau yang
paling dekat, itu namanya memilih. Jadi sebenar-benarnya filsafat itu adalah
memilih. Bingung kan. Makanya baca blog saya. Sudah berhasil saya kalau anda
sudah bingung. Karena sebenar-benarnya filsafat adalah bingung. Anda sudah
mulai gelisah, gak karu-karuan. Pak Marsigit itu ngomongnya gak karu-karuan.
Maka semakin saya banyak ngomong, semakin berbahaya. Maka saya berpacu dengan
anda. Anda harus membekali diri, anda harus mempunyai kekuatan diri supaya
tidak tergilas dengan omongan saya. Baru omongan saya menimpa dirimu itu sudah
berbahaya, karena kamu bisa kehilangan sifat-sifatmu. Dan aku gak mau engkau
menjadi bayangan saya. Karena kalau engkau jadi bayangan saya, sama saja
seperti saya menciptakan robot. Silahkan jadi dirimu sendiri melalui
bacaan-bacaan itu tadi. Maka pesan saya tadi, teguhkan spiritual anda.”
Karena waktu
perkuliahan sudah hampir habis Pak Marsigit pun menutup kuliah,
“Demikianlah
saudara, untuk minggu depan aku diingatkan kalau mau test, tolong diingatkan. Beranilah
menghadapi kehidupan. Kalau saya lupa jangan
dibiarkan. Apalagi didoakan supaya Pak Marsigit lupa. Gak usah kayak
gitu, itu namanya terlalu merekayasa dunia. Itu namanya mendahului kehendak
Tuhan. Kita saling mengingatkan.” Ujar beliau menasehati.
“ Baiklah
saudara, sekali lagi saya mengucapkan selamat membaca blog saya. Selamat
membangun hidup anda. Itu gunanya untuk mencerdaskan, kalau sudah cerdas
diimbangi dengan hati yang kokoh. “
Kemudian
perkuliahan diakhiri dengan berdoa.
Inti
dari perkuliahan pembuka ini penuh dengan pesan-pesan antara lain sebagai
berikut:
- Bahwa karena ruang dan waktu kuliah sangat terbatas, Pak Marsigit menyarankan kami untuk mempelajari filsafat dengan membuka blog beliau sekaligus meninggalkan jejak sebagai point kami. Tujuannya adalah agar pembelajaran mata kuliah ini dapat dilaksanakan secara independen oleh masing-masing mahasiswa diluar ruang dan waktu yang terbatas ini, sehingga peran mahasiswa bisa dioptimalkan.
- Dalam perkuliahan ini mhasiswa diasumsikan sudah dewasa. Dewasa di sini artinya sadar dengan lingkungan dan bisa mencari solusi terhadap suatu permasalahan.
- Dalam perkuliahan ini, Pak Marsigit tidak akan memberikan ilmu. Saya tidak akan memberikan filsafat itu. Melainkan mahasiswa harus mencari sendiri agar mahasiswa memiliki ekspektasi sendiri dan menjadi diri masing-masing. Karena kodratnya dosen dan mahasiswa itu berbeda, setiap orang berbeda.
- Perbedaan setiap orang adalah karena perbedaan skema (struktur). Adanya struktur/skema memiliki ciri-ciri indikasi yang spesisifik.
- Pak Marsigit menyediakan skema untuk kami baca di blog beliau: http://www.powermathematics.blogspot.com dan http://uny.academia.edu/MarsigitHrd.
- Dalam memasuki ranah filsafat ataupun masuk kemanapun harus diawali dengan doa. Karena doa adalah persiapan bathin dan motivasi yang paling tinggi.
- Niatkan diri mencari ilmu sebagai pemulung supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan sombong maka dia tidak akan mendapat apa-apa di dalam pikirannya. Apalagi di dalam hatinya. Selain itu keikhlasan untuk berjuang dalam menuntut ilmu diperlukan.
- Sebenar-benar ilmu diawali dengan bertanya. Barang siapa tidak punya pertanyaan, maka dia tidak punya ilmu.
- Sebenar-benar ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jagan sekali-kali kacau di dalam hati karena itu adalah godaan syetan. Oleh karena itu kita harus meneguhkan dan mengokohkan spiritual masing-masing
- Definisi filsafat adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu kita harus banyak membaca. Dan sebenar-benar bacaan filsafat itu adalah tulisan para filsuf.
- Jangan paksakan orang lain mengakui kebesaran dirimu. Biarkan karya kita yang membuktikannya.
- Manfaat berfilsafat itu membuat pikiran menjadi cair, tidak membeku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar anda. :)