Senin 17
Oktober 2016 adalah kali keenam saya dan kawan-kawan PM-B kuliah filsafat ilmu.
Seperti biasa Pak Marsigit mengawali perkuliahan dengan meminta mahasiswa untuk
mengatur bangku duduk melingkari Bapak Marsigit. Kemudian kami menjalani tes
jawab singkat kelima dengan tema Menembus Ruang dan Waktu 2 sebanyak 30
soal. Kali ini bukan lagi Nolisasi. Tetapi nilai saya tetep aja nilai jari.
Hehehe.
Setelah
menginput nilai, kemudian perkuliahan dilanjutkan dengan sesi menjawab
pertanyaan yang sudah dikumpulkan.
Pertanyaan
pertama dari Saudari Annisa: Bagaimana
filsafat memandang zodiak atau ramalan hidup?
Jawaban
Pak Marsigit: Fakta menunjukkan bahwa saya saja ketika hidup di khatulistiwa
dengan hidup di negeri dekat kutub itu berbeda prilaku, akibat, kemudian dampak
dan seterusnya. Jadi tempat tinggal itu menentukan tabiat, karakter orang. Jadi
orang yang lahir di khatulistiwa beda karakter orang yang lahir di jepang. Karakter
yang seperti itu dilambangkan dengan zodiak. Lahir juli, zodiaknya cancer,
dikategorikan, seperti ini sifat dan karakternya. Gambarnya cancer itu
kepiting, kepiting suka nyapit gak bisa lepas. Leo itu tegas, bisa keras, bertengkar
kalau perlu sampai mati. Jujur orangnya, gak mau dispekulasi. Tapi cancer
dengan leo jodoh, karena saling menjaga saling mengisi. Cancer itu kalau
bersembunyi di ketiaknya leo, aman dia, sebaliknya kalau leo di cancer sudah
kena capit, tidak bisa ngapa-ngapain. Sehingga saya itu juga cancer, istri saya
leo, cocok. Leo itu pasti setia, dari awal sampai akhir. Tapi cancer jangan di
ganggu ketenangannya, dia suka bersembunyi. Saya banyak ngomong sebenarnya hati
merasa tenang, nikmat di dalam ketenangan. Pas bulan juli, langit bintangnya
seperti gambar kepiting, ya udah jadi gambar kepiting. Di sana kok gambarnya
kayak gambar singa, tata surya dan tata bintang di atas, tergantung pikiran
kita, gampang bikin horoskop.
Pertanyaan
kedua dari Saudari Fitri: Bagaimana
filsafat memandang tentang hemat?
Jawaban
Pak Marsigit: Hemat itu berarti perhitungan, ketelitian, menembus ruang dan
waktu. Hemat itu secara psikologi adalah kesadaran, kesadaran dalam ruang
tertentu yang terikat dengan ruang-ruang yang lain. Ruang-ruang yang lain itu sesuai dengan ruang dan waktu. Kalau gak
cocok ruang dan waktunya, hemat berubah menjadi pelit, dan semua yang ada dan
mungkin ada itu berstruktur. Hemat pun berstruktur, hemat materialnya, hemat
formalnya, hemat normatifnya sampai hemat spritualnya. Agama juga mengajarkan
kita jangan berfoya-foya.
Pertanyaan
ketiga dari Saudara Raizal: Bagaimana
pandangan bapak tentang PPG?
Jawaban
Pak Marsigit: Sekarang itu lulusan FKIP, lulusan LPTK, terancam tidak bisa
bekerja menjadi guru, karena saking banyaknya. Lulusan sekitar 1,5 jt/tahun
tetapi kebutuhan cuma 150rb pengangkatan guru. Berlebih karena 10 tahun yang
lalu, lembaga pemroduksi guru itu adalah LPTK, mantan IKIP, sekitar 12 dirambah
UT , FKIP, universitas tidak sampai 20. Sekarang karena gaji guru sertifikasi
booming, semua orang ingin jadi guru. Gak guru juga apa. Sehingga akibatnya
muncul universitas-universitas swasta, STKIP, seluruh Indonesia,
sabang-marauke, 200 lebih, dan ketika kita ke daerah yang dikunjung, ya logis,
masyarakatnya membutuhkan. Hanya masalahnya bagaimana skema pemerintah. Tapi
skemanya menurut saya tidak elegan. Sekarang spiritnya pemerintah itu mempersulit
untuk pengangkatan guru, jadi guru yang sudah ngajar kemudian PLPG belum tentu
diangkat menjadi guru. Harus ada test dulu, harus ada ujian nasional UTN
standarnya 80, itu jalur S1 PPG, jalur S2 kemungkinan juga. Ilmu yang paling
elegan adalah ilmu yang ikhlas.
Pertanyaan
keempat dari Saudara Nanang: Bagaimana
menggapai ikhlas dalam ketidakadilan perlakuan kepada kita?
Jawaban Pak Marsigit: Perlakuan
adil dan tidak adil terhadap sesama manusia itu duduknya di hermeneutika. Hermeneutika
kalau di filsafat barat. Kalau di timur itu namanya silaturahim. Kalau di dalam
kelas itu interaksi pembelajaran. Kalau mau bikin gedung itu diaduk dulu
semennya, gak ada bikin bangunan itu gak pake adukan. Gak mungkin pasir, semen,
batu dijejerkan begitu saja. Material saja begitu. Keluarga saya berantakan,
lama-lama punya anak, campur hatinya, pikirannya, susah, sedih. Kalau tidak
begitu tidak ada dinamika, antara suami dan istri. Berantakan dalam pikiran adalah
ilmunya. Jadi kuncinya adalah komunikasi. Jangankan manusia, semen dengan batu
saja berkomunikasi,
Pertanyaan
kelima dari Saudari Arifta: Bagaimana
filsafat membangun suatu kesimpulan?
Jawaban
Pak Marsigit: Kesimpuan itu suatu formulasi keadaan pada suatu ruang tertentu dan
waktu tertentu. Tapi sebenar-benarnya kesimpulan itu duduknya di pikiran. Apakah
sudah campur semen sama batunya? Oh disimpulkan, sudah keras, siapa yang
menyimpukan? Pikiran kita masing-masing. Maka sebenar-benar kesimpuan adalah
pikiran. Pikiran itu berstruktur dan berherarki, berhemenitika, antara wadah
dan isinya pikiran, wadah dan isinya kesimpulan. Kesimpulan itu adalah wadah,
ada isinya. Apa wadahnya kesimpulan? Kata-katamu tadi, maka sebenar-benarnya
yang ada dan mungkin ada adalah kesimpulan. Mungkin ada saja sudah kesimpulan,
Pertanyaan
keenam dari Saudara Budi: Bagaimana
filsafat memandang pergeseran budaya sendiri?
Jawaban
Pak Marsigit: Budaya dalam filsafat itu berstruktur dan berherarki. Dia hidup
melakukan perjalanan time line, waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dia
berhermeneutika, bersilaturahim antara wadah dan isinya. Wadah meliputi yang
ada dan mungkin ada. Isi meliputi yang ada dan mungkin ada. Mau diisi
kesimpuan, mau diisi budaya, mau diisi batu juga sama saja,
Pertanyaan
ketujuh dari Saudara Sumbaji: Bagaimana
seharusnya guru bersikap antara kebijakan dan kenyataan?
Jawaban
Pak Marsigit: Yang namanya cerdas itu sopan santun antara ruang dan waktu. Sebagai
guru, sebagai petugas pemerintah melaksanakan kebijakan pemerintah, itu
wadahnya. Isinya kreatifitas guru melayani kebutuhan siswa. UN ya UN. Cepat ya
cepat. Tapi bagaimana guru bijak agar siswa tetap berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran dengan berbagai macam teknologi dan seterusnya. Jangan
mentang-mentang pemerintah tidak paham, pemerintahnya memakai undang-undang,
ingin ujian nasional, ingin cepat-cepat kemudian gurunya semakin menjadi-jadi.
Itu namanya gurunya tidak bijaksana. Guru yang cerdas ya guru yang bijaksana
karena mencari celah-celah dan peluang, dimana tetap mengembangkan metode
pembelajaran, sunatullah sesuai dengan kodratnya. Yaitu hidup seperti apa,
menterjemahkan, berinteraksi, berhermeneutika, dalam bahasa jawa cokromanggilingan,
awal akhir zaman.
Pertanyaan
kedelapan dari Saudara Bertu: Bagaimana
filsafat memandang kehidupan setelah kematian?
Jawaban Pak Marsigit: Filsafat,
dinaikkan dikit spritual, diturunkan menjadi filsafat. Filsafat itu olah pikir
terserah kita masing-masing, maka sebenar-benarnya filsafat adalah penjelasanmu
tentang kehidupan setelah kematian. Jika aku yang menjelaskan engkau jadi tak
berdaya, ketimpa bayang-bayangku, itu yang menjadi tidak benar. Tapi kalau menurut
saya, kematian itu dari sisi pikiran, dari sisi fenomenanya ada yang bisa
dipikirkan ada yang tidak. Secara filsafat yang bisa dipikirkan itu fenomena,
yang tidak bisa dipikirkan adalah neumena.
Pertanyaan
kesembilan dari Saudara Ressy: Pancasila
adalah filsafat bangsa, apakah sama fisafat dalam pancasia sebagai pola pikir?
Jawaban
Pak Marsigit: Filsafat itu juga
berstruktur dan berdimensi. Material formal normatif. Dirimu yang berdimensi,
diriku yang berdimensi, berkomunikasi tidak pernah bertemu. Tadi kamu dapet 6
padaha seluruhnya 100, yg 94 dimana? Artinya filsafat seseorang yang sudah tua,
yang muda, dan yang punya pengalaman, berbeda-beda. Filsafat diriku dengan diri
kita lain lagi. Diriku subyektif, diri kita obyektif, obyektif kecil, obyektif
besar, narasi besar, narasi kecil, dunia kecil, dunia besar, sebenar-benar
pancasila adalah dirimu sendiri, bisa gak kamu ketuhanan yang maha esa, bisa
gak kamu beradab, bisa gak kamu kerakyatan, bisa gak kamu keadilan sosial,
dirimu sendiri itu maksudnya. Orang salah paham, pancasila itu yang di pasang
di tembok. Semua kitab suci dan pedoman juga begitu, buku kalkulus juga begitu.
Kalkulusnya dilemari sudah terbakar, kalkulusnya masih dipikiran. Walaupun
alquran banjir hanyut tetapi masih ada di hati. Maka sebenar-benarnya kitab
suci itu ada di dalam hatimu.
Pancasia
fisafatnya adalah monodualis. Mono itu habluminallah, dualis itu habluminannas.
Vertikal dan horizontal. Pancasila itu lengkap, sehingga dapat dijadikan
pedoman untuk berbangsa,
Pertanyaan
kesepuluh dari Saudari Ulfa: Apakah
seseorang yang selalu hidup instan itu dikatakan orang yang mudah menyerah?
Jawaban
Pak Marsigit: Tergantung. Perlu penelitian, hubungan antara budaya instan dengan
daya tahan menyerah atau tidak? Cari korelasinya, referensinya, harus diteliti
dulu. Kalau dikaitkan itu kan penjelasan saya, engkau bagaimana menjelaskannya.
Tidak ada ide yang terisolasi. Sesuatu itu pasti ada sebabnya, tidak bisa
seketika, harus ada penjelasnnya baru bisa dijelaskan. Maka budaya instan dan
mudah menyerah itu secara yang satu mudah menyerah adalah gejala jiwa, gejala
jiwanya itu psikologi. Sedangkan budaya instan itu budayanya, budayanya lebih
mendasari, diatasnya ada psikologi, ada kaitannya dan bisa dicari, bisa di
breakdown. Dari referensinya juga bisa, secara intuitif saya juga bisa, secara
logika juga bisa anatara budaya instan dan menyerah.
Pertanyaan
kesebelas dari Saudari Ika: Bagaimanakah
menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa untuk menyampaikan pendapat?
Jawaban Pak Marsigit: Yang
kita kerjakan setiap saat ini kamu bisa bercerita. Bagaimanakah saya
menumbuhkan sikap percaya diri anda, dengan saya memfasilitasi anda untuk
membaca blog itu.
Pertanyaan
kedua belas dari Saudari Fatya: Apakah filsafat
ada batasnya?
Jawaban Pak Marsigit: Ada
batasnya dan juga tidak ada batasnya. Immanuel kKant membuktikan, dalam hal ini
aku berbicara filsafat, immanuel Kant membuktikan dunia ini ada awaal dan tidak
ada awal sekaligus, da akhir dan tidak ada akhir sekaligus. Kalau di spritualkan
bertentangan dengan agama. Karena itu pikiran tanda bahwa manusia itu tidak
sempurna. Buat orang-orang yang berpikir, Immanual Kant bukan spiritualis, jadi
jangan heran Immanuel Kant menciptakan buku ada awal sekaligus tidak ada awal.
Logis secara pikiran, bisa membuktikan dunia itu ada akhir dan tidak ada akhir.
Contohnya mari kita hentikan pembicaraan ini kemudian mulai lagi. Kapan
berakhirnya kapan mulainya? Manusia tidak akan bisa menemukan kapan mulai dan
kapan berkahir. Itu tandanya bgai orang yang mengerti filsafat itu menjadikan
kita bersyukur bahwa dalam sebenar-benarnya keadaan manusia adalah terbatas.
Dalam keadaan sempurna didalam ketidaksempurnaan. Engkau saja tidak bisa
berpikir apa yang engkau tidak pikirkan. Itulah batasmu. Jangan jauh-jauh ada
di dalam diri kita masing-masing. Filsafat itu kemudian mengetahui siapakah
diriku, ternyata aku tidak mengerti apapun. Kalau tidak pergi kemana-mana
namanya orang malas, socrates menyimpulkan bahwa diriku tidak mengerti apapun.
Pertanyaan
ketiga belas dari Saudari Maira: Apakah
ciri-ciri orang yang bisa diakui sebagai filsuf?
Jawaban
Pak Marsigit: Ciri-cirinya dia itu menulis, atau ditulis oleh orang lain. Seperti
socrates tidak menulis tetapi ditulis oleh muridnya Plato. Budaya menulis itu
mesti ada. Yang kedua itu merangkum dunia. Semua ada di situ isinya, dan itu
mengalir. Jadi kalau orang S3, filsafat itu kalau membuat disertasi itu tokohnya,
kalau saya ambil Immanuel Kant, ada yang ambil Socrates, ada yang ambil Plato,
ada yang ambil Aristoteles, siapapun diambil kena semua. Aku ambil Immanuel Kant
dari awal sampai akhir filsuf kena semua. Gak bisa saya hindari, pasti dibaca,
pasti dibahas, pasti dipelajari. Itu artinya kalau pengetahuan belum ada,
batulah dia itu. Kalau mulai ada kesadaran pecahlah batu itu, sudah mulai ada
pengetahuan hancurlah batu itu menjadi krikil-krikil, kemudian jadilah debu,
mulai jadilah udara. Filsafat itu meliuk-liuk kemana-mana.
Pertanyaan
keempat belas dari Saudari Riska: Bagaimana
asal-usul terbentuknya matematika?
Jawaban
Pak Marsigit: Dari orang melihat, kebutuhan hidup, di lembah sungai nil adan
sawah kemudian datang banjir. Sawahku dan sawahmu hilang lagi. Bertengkar sama
teman. Lama-lama pasang tali macam-macam, bentuknya macam-macam, ada berbentuk
pesegi, segitiga. Ada ilmu geometri. Itu budaya. Jadilah piramida-piramida. Tingkat
berikutnya dibawa ke zaman yunani, dibuktikan, ada rumusnya, pembuktian rumus
pertama, demikian seterusnya. Direvisi muncul geometri modern, muncul
perkembangan matematika formal, aksiomatik. Kita itu pengikut gilbert,
matematika perguruan tinggi berdasarkan aksiomatik. Sampai sekarang muncul
beberapa cabang matematika, aljabar, dll,
Pertanyaan
kelima belas dari Saudari Kartika: Bagaimana
filsafat memandang membentuk susunan manusia idealis?
Jawaban Pak Marsigit: Semua
yang ada dan yang mungkin ada bersturuktur. Ilmuwan jepang dapat hadiah nobel,
karena dia bisa memfoto, bisa mengidentifikasi, mengetahui bagaimana sel bisa
hidup, sel bisa makan, sel buang air keci dan besar. Diteorikan, ada prosesnya,
jadi hidupmu itu terkompose oleh milyaran-milyaran sel yang masih hidup. Sama
juga alam semesta ini terkompose salah satunya adalah unsur material seperti
kita-kita ini, masing-masing hidup juga. Ternyata atom dan molekul pun hidup
berputar-putar. Luar biasa, itulah ciptaan Tuhan.
Kalau anda
bertanya tentang aliran-aliran filsafat melandasi teori pendidikan. Jadi aliran
dulu. Aliran filsafat itu muncul dari jenis obyeknya. Di dalam pikiran
idealisme, rasio itu rasionalisme, empiris itu empirisme. Melandasi pendidikan
tidak cukup dengan filsafat, tetapi ideologinya. Maka negara industri akan
melahirkan generasi muda industri. Mengajarkan Indonesia ini technological
pragmatis,. Indonesia ini menggunakan pengguna industri. Ada yang bersifat
humanis (konserfatif), ada yang bersifat progresif, ada yang bersifat public
educator. Ternyata Indonesia dilihat dari petanya itu tidak sehat, hidupnya
tidak sehat, tidak konsisten di dalam satu kolom. Maunya demokratis politiknya
tapi ternyata gak murni demokratis. Implementasinya sudah macam-macam,
tecnological practis, industrilis, macam-macam. Jadi gambar peta pendidikan
Indonesia itu tidak karuan, gak ada polanya. Indonesia itu negara besar,
multikultur. Sangat mudah mengatur negara yang monokultur seperti singapore,
jepang, korea, finalandia, dsb. Tetapi Indonesia jika bisa maka potensinya
lebih dari negara-negara tersebut.
Inti dari perkuliahan ini yang bisa
saya simpulkan yaitu:
1.
Tempat tinggal
itu menentukan tabiat, karakter orang. Karakter yang seperti itu dilambangkan
dengan zodiak. Begitulah filsafat memandang zodiak.
2.
Hemat itu
berarti perhitungan, ketelitian, menembus ruang dan waktu. Hemat itu secara
psikologi adalah kesadaran, kesadaran dalam ruang tertentu yang terikat dengan
ruang-ruang yang lain. Kalau gak cocok ruang dan waktunya, hemat berubah
menjadi pelit.
3.
Problematika
pendidikan sekarang yang dihadapkan dengan mebludaknya jumlah guru dan sarjana
pendidikan adalah karena adanya ketidak ikhlasan. Ilmu yang paling elegan
adalah ilmu yang ikhlas.
4.
Menggapai
ikhlas dalam ketidakadilan perlakuan kuncinya adalah komunikasi.
5.
Kesimpuan
itu suatu formulasi keadaan pada suatu ruang tertentu dan waktu tertentu. Tapi
sebenar-benarnya kesimpulan itu duduknya di pikiran.
6.
Budaya dalam
filsafat itu berstruktur dan berherarki. Dia hidup melakukan perjalanan time
line, waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dia berhermeneutika,
bersilaturahim antara wadah dan isinya. Wadah meliputi yang ada dan mungkin
ada. Isi meliputi yang ada dan mungkin ada.
7.
Dalam menyikapi
kebijakan dan kenyataan guru seharusnya cerdas dan bijaksana, yaitu dapat
mencari celah-celah dan peluang, dimana tetap mengembangkan metode
pembelajaran, sunatullah sesuai dengan kodratnya.
8.
Kematian itu
dari sisi pikiran, dari sisi fenomenanya ada yang bisa dipikirkan ada yang
tidak. Secara filsafat yang bisa dipikirkan itu fenomena, yang tidak bisa
dipikirkan adalah neumena.
9.
Filsafat itu
juga berstruktur dan berdimensi. Material formal normatif. Pancasila, kitab
suci, dan ilmu merupakan falsafah yang letaknya ada dalam diri kita, dalam
pikiran dan hati kita.
10. Pancasia fisafatnya adalah monodualis. Mono itu habluminallah,
dualis itu habluminannas. Vertikal dan horizontal.
11. Seseorang yang memilih
kemudahan atau hal instan belum tentu dapat dikategorikan sebagai orang yang
mudah menyerah. Budaya instan dan mudah menyerah itu dalah gejala jiwa.
12. Menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa untuk menyampaikan
pendapatyaitu dengan memfasilitasinya untuk memiliki pendapat dan berpendapat.
13. Filsafat ada batasnya dan juga tidak ada batasnya.
14. Ciri-ciri orang yang bisa diakui sebagai filsuf yaitu dia itu
menulis, atau ditulis oleh orang lain, kemudian merangkum dunia.
15. Asal-usul terbentuknya matematika dari orang melihat, kebutuhan
hidup.
16. Semua yang ada dan yang mungkin ada itu bersturuktur. Karena itu
dalam membentuk susunan manusia idealis maka perlu memperhatikan strukturnya.
baca penjelasaan ini kok mikirrr banget ya :D
BalasHapustentang hemat aja dijelasin panjang :|
Hihihi namanya juga filsafat. Bukan filsafat namanya kalau gak mikir XD
Hapus