Senin 10
Oktober 2016 adalah kali kelima saya dan kawan-kawan PM-B kuliah filsafat ilmu.
Seperti biasa Pak Marsigit mengawali perkuliahan dengan meminta siswa untuk
mengatur bangku duduk melingkari Bapak Marsigit. Kemudian kami menjalani tes
jawab singkat keempat dengan tema Menembus Ruang dan Waktu sebanyak 50
soal. Lagi-lagi ini Nolisasi. Tetapi alhamdulillah saya tidak dapet nol karena
kebetulan aja saya tulis jawaban yang bener. Hehehe.
Karena banyak
yang dapet nilai nol lagi Pak Marsigit pun menjelaskan kepada kami tujuannya
mengadakan Nolisasi lagi.
“Apa sih nilai
0 itu? Apa sih nilai jelek? Nilai jelek itu suka-suka, terserah saya, terserah
guru, terserah pemerintah. Mau dikasi nilai terserah saja suka-suka. Itulah
hebatnya subyek. Obyek itu tempatnya tertuduh. Ingin aku peragakan di sini bagaimana
semena-menanya subyek bisa menuduh obyek.” Jadi terkuak sudah filosofi dari
nolisasi hari ini adalah bentuk peragaan subyek yang menuduh obyek secara
semena-mena, dimana Pak Marsigit sebagai dosen adalah Subyek dan kami mahasiswa
adalah obyeknya.
Kemudian Pak Marsigit meneruskan “Nul, nul,
nul (sambil menunjuk yang dapet nol). Aku ektrimkam supaya anda itu paham.
Itulah kalau anda merasakan bagaimana pedihnya dibikinkan nilai. Besok kalau
jadi guru, mau balas dendam? Silahkan saja. Itulah gambaran, Jadi pemerintah
bisa saja membuat ujian nasional itu lulus semua dengan cumlaude. Boleh saja.
Tidak ada masalah. Buat saja soalnya gampang-gampang. Pemerintah juga bisa
membuat sebaliknya, ujian nasional gak ada yang lulus. Kemudian dibanding-bandingkan
sama yang bisa, sama luar negeri. Itu mah masalah percaya diri dan tidak
percaya diri, godaan, macam-macam sebagainya. India tidak perlu impor mobil
sendiri, mereka bisa buat motor sendiri, sekarang malah bisa ekspor ke
indonesia. Kita bangga naik mobil india, naik motor india sekarang. Ada mobil
tata, ada motor yang bekerjasama dengan kawasaki dan sebagainya. Dulu india gak
mau impor mobil. Inilah ontologis dari keadaan manusia di dunia dan di diri
kita masing-masing, relatifitas antara saya dan dirimu, antara murid dan guru.
Aku tunjukkan, the show must go on. Disamping untuk pertunjukkan hal seperti
itu, anda menyadarinya juga untuk menunjukkan yang mungkin ada menjadi ada,
Jadi memang berfilsafat
itu jadi makin sensitif. Kalau orang yg ngerti tapi gak paham kan sensitif. Apalagi
orang tidur, ada orang lewat tidak mau nyapa, tidak mau senyum. Jadi kita harus
terbangun, bergerak.
Kemudian ini
saya katakan kepada anda semua problem pendidikan kita yg sekarang sedang kita
alami. Entah poltikus itu sengaja atau tidak sengaja atau mau bikin kita runtuh
bersama juga gak ngerti, tapi jumlah guru sekarang booming, pengangguran
lulusan guru itu bisa mencapai jutaan, karena semuanya ingin menjadi guru,
karena sertifikasi. Universitas yang kompeten memproduksi itu dulu tetap,
mantan ikip itu 12, tambah UT 1, tambah FKIP sekitar 8, sudah sekitar 20’an. Tapi
sekarang menjamur muncul STKIP-STKIP, universitas swasta memproduksi guru,
jumlahnya ratusan, tersebar di seluruh Indonesia. Kita berlomba-lomba, termasuk
saya. Besok saya membina di Lombok, beberapa bulan yang lalu ke padang. Ini
karena saya diminta, laksanakan saja. Ini kebijakan. Saya sebagai pelaksana kebijakan
menteri dan sebagainya. Sehingga semangatnya sekarang mempersulit, terutama
yang S1. Kalau S2 mungkin dipertimbangkan. Jalur yang berbeda untuk menjadi
guru itu S2, continue study, hingga yang nantinya akan tersaring bahwa guru itu
minimal S2, dosen minimal doktor. Sehingga kalau bisa kuliah cepat-cepatlah ya,
diselesaikan. Baca blog juga cepat diselesaikan, gak usah ditimang-timang saja,
dinyalakan, hidup, kemudian tidur. *jleb. Wkwkwk* Ada warna-warna merah ke
orange-orange-an, komputer dinyalakan dari tadi malem, begitu tengok, tidur
lagi, setiap hari begitu, gak tambah-tambah komennya. Pekerjaan harus
dikerjakan, jangan terlalu dipikirkan. Sesuatu itu dikerjakan jangan cuma
dipikirkan. Hidup itu begitu, kerjakanlah pikiranmu dan pikirkanlah
pekerjaanmu. Sebenar-benar hidup itu begitu. Kalau begitu baru sepertiga dunia,
kalau dari awal, kalau dari ditengah sudah separuh dunia, dan separuhnya lagi
hatinya. Pikirkanlah doamu, doakanlah pikiranmu, kerjakanlah doamu, doakanlah
pekerjaanmu. Ppikirkanlah yang ada dan yang mungkin ada, kerjakanlah yang
mungkin ada, silahkan, yang mungkin ada dikerjakan, dipikirkan saja tidak bisa,
apalagi yang mungkin ada, harus ada proses supaya yang ada itu harus ada
dipikiran.
Kemudian Pak
Marsigit meminta kami membuat satu pertanyaan singkat untuk dikumpulkan.
Pertanyaan
pertama dari Saudari Asma’: Apa konsep
pengabdian?
Jawaban
Pak Marsigit: Apapun dalam filsafat, itu adaah berbicara tentang struktur
berdimensi di dalam pikiran, dan pikiran itu adalah pintu gerbang menuju
duniamu masing-masing. Tapi kalau aku katakan begitu tidak cukup, karena tidak
hanya pikiran yang menjadi pintu gerbang tetapi hati kita masing-masing. Maka
baik buruk dunia tergantung hatimu. Makna dari dunia tergantung pikiran.
Semua yang ada
dan yang mungkin ada, sederhana dan berstruktur. Strukturnya meliputi forma dan
substansinya. Formal itu wadah, substansi ya isi, maka kalau anda bertanya apa
konsep pengabdian dalam fisafat, yang bertanya juga berstruktur herarki, yang
ditanyakan juga berstruktur herarki, pengabdian juga berstruktur herarki. Karena
berstruktur herarki maka apa pengabdian yang paling sederhana, apa pengabdian
yang paling rendah, dan apa pengabdian yang paling tinggi. Yang paling rendah
itu ketemu genusnya. Genus itu potensinya. Potensi itu cikal bakal, bibit kawit
atau gatranya. Ada dua macam gatra, ada gatra takdir dan gatra ideal.
Maka
mengabdikan diri itu gatra takdir dan gatra pengabdian. Pengabdian bersifat
banyak, pengabdian sebagai keadaan dan meliputi sifat manusia, punya gatra. Misalnya
seorang kiai terlahir sudah membawa genus, dalam biologi genetika, gen di dalam
selnya. Anda bisa berusaha agar anak nanti genetiknya seperti apa. Dengan
pikiranmu, misalnya dalam program diet sehingga kurus sekali. Kemudian anda
punya anak kemungkinan kurus sekali. Sekarang anda targetkan untuk makan
makanan berkolesterol terus, anaknya bisa jadi gemuk. Ini diprogram sejak
sekarang bisa mempengaruhi gen yang akan datang. Jadi sekarang terpaksa, ga niat
jadi niat kemudian curang kemungkinan genetika anda besok curang, itu namanya
potensi, bawaan. Genus dalam fisafat, genetika dalam biologi. Genetika yang
diteliti orang adaah genetika yang diam, sedangkan tadi saya sebut keturunan
saya kan seperti saya, itu genetika yang berjalan, genus yang berjalan. Sehingga
kalau anda sekarang rajin mengaji jadi kiai hebat, ada kemungkinan anakmu atau cucumu
akan menjadi kiai hebat. Kalau saya sekarang jadi profesor kemungkinan anak
saya atau cucu atau buyut saya akan menjadi profesor. Maka pengabdian juga
begitu.
Mengabdi adaah
salah satu sifat, sifat dari suatu sifat keadaan obyek terhadap subyeknya. Kalau
obyek dengan obyek itu bukan mengabdi. Mengabdi itu bukan istilah filsafat. Itu
istiah sosiologi dan psikologi, kultural budaya, sehingga kerajaan ada abdi
dalam. Dalam filsafat mengabdi itu cuma suatu hubungan antara sifat satu dengan
sifat yang lainnya. Keadaan itu digambarkan dengan etik dan estetika, ukurannya
adalah etik dan estetika. Etika benar salah, estetika keindahan. Maka filsafat
itu hakekat, kebenaran, keindahan, kemudian di mix, hakekatnya yang benar dan
indah, hakekat yang tidak benar dan indah, hakekat yang tidak benar dan tidak
indah, dan seterusnya. Itu filsafat, naik sedikit spiritual. Doamu tentang
siapa dirimu, kebenaranmu yang baik dan indah. Sholat di keramaian seperti di pasar
bisa saja, benar juga, tapi mungkin tidak indah. Tetapi kalau sudah masuk dalam
keindahan itu subyektif yaitu diri kita masing-masing. Jadi pengabdian itu
seperti itu. Kalau ditelusuri itu kaitannya dengan sosiologi, antropologi. Kalau
di ponogoro itu warok yg memiliki kekuasaan tinggi, punya santri-santri,
santrinya mengabdi kepadanya. Jadi itulah konsep pengabdian di dalam filsafat.
Pertanyaan
kedua dari Saudara Budi: Bagaimana
tentang multiple intelegent?
Jawaban
Pak Marsigit: Multiple intelegent atau kecerdasan ganda, ya otomatis dengan
sendirinya. Di filsafat tidak hanya ganda, gak cuma multiple, tapi unlimited
multiple. Seribu kali seribu pangkat seribu masih tidak bisa menyebutkan
multiple intelegent itu. Kecerdasan tentang apa, tentang yang ada dan yang
mungkin ada. Dia cerdas kepada istri, cerdas terhadap suami, cerdas terhadap
rumah tangga, cerdas terhadap sekitar, cerdas terhadap pimpinan, cerdas
terhadap lingkungan, cerdas terhadap kata-katanya sendiri, cerdas meliputi yang
ada dan yang mungkin ada. Itu istilah psikologi, fisafatnya kayak begitu. Maka
agar bisa menembus ruang dan waktu, tahu sopan santunnya, baca, baca, dan baca.
Multiple
Intelegent itu istilah psikologi. Apa bedanya filsafat dengan psikologi?
Filsafat itu duduk di lobi, sedangkan psikologi sudah masuk ke gang-gang. Sehingga
psikologi ada dua macam, psikologi terapan dan psikoogi wacana. Sebagian dari
psikologi wacana atau naratif, itulah filsafat. Sehingga jika dibreak down,
kecerdasan, kalau ada multiple seperti yang dikatakan (wat kenya), ada 8. Kalau
filsafat yang ada dan yang mungkin ada. Intelegent itu dijabarkan kembali. Filsafat
diperdalam dan diekstensikan. Kalau saya menjabarkan intelegent sebagai
penglihatan, dia hebat bisa melihat yang ada dan yang mungkin ada. Jadi intelegentnya
berstruktur dan berherarki. Yang dipikirkan juga berstruktur berhierarki, dunia
ketemu dunia terwakili dengan iconicnya. Bacalah elegi menggapai gunung es. Filsafat
tidak untuk dihafalkan, tetapi dihidupkan. Siapa yang hidupkan? Dirimu
masing-masing. Aku hanya fasilitator saja, jangan merasa Pak Marsigit terlalu
dominan maka diimbangi dengan cara anda membaca supaya anda berdaya. Kalau
tidak mau membaca, anda tidak berdaya di sini. Sekali jatuh ya jatuh terus, tertimpa.
Menjatuhkan stigma, mitos-mitos. Menurut Pak Marsigit dulu itu saya itu gunung..
mitos itu. Sekarang harusnya sudah berubah.
Berfisafat
transenden, metodenya metafisik. Aku pejamkan mata dan beri pertanyaan, aku
jadikan kau nilainya nol semua, apa itu gunung? Dalam fisafat ada istilah
bahasa jawa sosro bawu, sosro itu seribu dan bawu itu pundak. Pundaknya seribu
kalau berperang, kalau berpikir itu multiple intelegent, psikologi masuknya. Kalau
filsafat berstruktur berhierarki beri bukti yang ada dan yang mungkin ada.
Nilai nol itu berarti tidak ada. Filsafat itu jauh melampaui batas.
Pertanyaan
ketiga dari Saudari Ika: Bagaimana
konsep doa dalam filsafat?
Jawaban
Pak Marsigit: Dalam filsafat bukan menjawab konsep doa adalah apa. Kakiku sedang
mendefinisikan, tanganku sedang mendefinisikan, mataku sedang mendefinisikan,
pikiranku sedang mendefinisikan, seluruh hidupku yang ada dan yang mungkin ada
sedang mendefinisikan. Sebenarnya pertanyaan kalian itu sudah tersirat
jawabannya di elegi-elegi saya. Dan jawaban pertanyaan ini ada di elegi
menggapai ikhlas. Tidak bisa tuntas didefinisikan. Sebenar-benarnya filsafat
adalah adalah penjelasanmu, sebenar-benarnya penjelasanmu adalah aktifitasmu. Jadi
nonsene belajar filsafat tanpa membaca. Filsafat itu tulus tidak tipu-tipu. Anda
jangan jadi seperti saya, jadilah dirimu sendiri. Anehnya jamansekarang banyak
orang tergoda, raja tergoda, islam tergoda, spritual tergoda, orang jawa
tergoda, gara-gara duit. Maunya hidup enak, cepat, ringan, murah, gajinya gede.
Itulah pentingnya berpikir kritis. Tapi mau berpikir kritis dibunuh, itulah
kejamnya dunia material.
Pertanyaan
ke empat dari Saudari Maira: Kedudukan ilmu
pengetahuan daam filsafat?
Jawaban
Pak Marsigit: Sejak awal filsafat sampai akhir zaman nanti, itu tentang
pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan pola pikir, itu saja kuncinya. Persoalan
di dalam filsafat itu ada dua macam, yang dua macam ini gak pernah mencapai
tetapi berusaha mencapai. Yang pertama adalah menjelaskan apa yang engkau ketahui
yang ada di dalam pikiranmu. Di dalam pikiran saya ada istri saya. Aku gak bakal
mampu menjelaskan siapa istri saya, andaikan aku mampu menjelaskan dari awal
zaman sampai sekarang, sebelum aku mengakhiri penjelasan, aku sudah berubah
jadi aku yang nanti. Masih ada tersisa, aku yang nanti belum tau saya, istri
saya seperti apa, apalagi besok. Siapa tau mudah-mudahan istri saya tambah
cantik. Belum saya terangkan, padahal tadi aku sudah menjelaskan secara tuntas,
itu tidak tercapai.
Sebenar-benarnya
manusia tidak ada yang bisa menjelaskan. Apa yang kau pikirkan, hanya berusaha
saja. Caranya dengan reduksi, menyebut beberapa sifat kunci dalam batas
tertentu dimana satu sama yang lain pengetahuannya sama. Engkau tidak mampu
menjelaskan pulau Lombok itu, tapi sampai batas disitu diterima sama
persepsinya. Tapi apakah seperti itu lombok? Enggak, masih banyak sekali yang
bisa diungkap. Tidak mampu menjelaskan semua yang ada di dalam pikiranmu.
Kenapa kau bisa
gambar Lombok kayak gitu. Karena ada pulau lombok di dalam pikiranmu. Adanya di
dalam pikiran karena melalui rasio dan pengalaman, berhemenitika. Menit demi
menit seperseribu menit demi seperseribu menit. Ketika kau menggambar itu
terjadi, gambarnya lurus atau bengkok langsung direvisi. Jika ada orang lain
mengatakan, kamu tidak menyadari karena betapa hebatnya ciptaan Tuhan. Bisa
melakukan proses yang seperti itu, persoalan kedua yaitu mengetahui apa yang
ada di luar pikiran kita. Yang diluar pikiran saya pulau Lombok, pulau lombok
masih ada di luar pikiran saya untuk level ini, tetapi kenapa saya bisa ngomong
pulau lombok? Ternyata pulau lombok sudah ada di dalam pikiran saya, maka pulau
lombok itu ada yang sudah ada di dalam pikiran saya dan ada yang ada di luar
pikiran saya. Yang ada di luar pikiran saya adalah yang masih mungkin ada. Bandaranya
belum aku pernah liat, itu masih di luar pikiran saya. Begitu aku mendarat maka
dia ada dalam pikiran saya.
Sebenar-benar
hidup mengadakan yang mungkin ada, maka kerjakanlah hidup itu. Jangan malas. Aku
sadar dan aku tidak sadar. Kita perlu hijrah supaya mendapatkan pengetahuan
baru. Jangan jauh-jauh. Buka gorden itu hijrah. Kamu jadi mengerti cara buka
gorden yang benar. Hebat itu sesuai dengan ruang dan waktu. Petinju itu hebat
ketika dia bisa pukul lawannya. Jika disini kau hebat memukul temanmu bukan
hebat namanya, tidak cocok dengan ruang dan waktunya. Kehebatanmu itu komennya
banyak. Maka keren itu tergantung lingkungannya. Pemuda kampung celananya robek
minum-minum itu keren, tapi beda kalau di sini lain kerennya. Kerennya profesor
juga lain, kerennya mahasiswa juga lain, calon doktor belajar filsafat pada
saya, keren, sama saja kerennya kalo baca blog, banyak komennya. Saya S3 gak
mau, gengsi, silahkan, gak lulus gitu aja, nanti tau rasa, yang merasakan tidak
lulus siapa, pak marsigit atau mahasiswa? Sehebat-hebat orang itu sesuai dengan
ruang dan waktunya. Ketika diminta untuk menunjukkan, hebat itu, maka pikiran
manusia macam-macam perkembangannya. Mulai dari awal sampai akhir zaman,
kedudukan pengetahuan itu dari awal sampai akhir. Sebenar-benar ilmu
pengetahuan itu epistemologi atau filsafat ilmu. Sebenar-benar ilmu pengetahuan
adalah epistemologi filsafat ilmu. Filsafatmu tidak ada apa-apa jika tidak ada
ontologi dan aksiologinya, satu kesatuan, seperti segelas teh tidak akan punya
makna jika tidak ada gelasnya, ada isinya harus ada wadahnya.
Pertanyaan
ke lima dari Saudari Mega: Apakah
berfisafat pasti seseorang menemukan kebenarannya?
Jawaban
Pak Marsigit: Di sini kita berbicara tentang relatifitas bukan kepastian. Jangankan
orang berfilsafat, membaca blog saya saja, membaca “jebakan filsafat” kalau
saya menerangkan jebakan fisafat, elegi itu ada maknanya lagi. Karena setiap
elegi itu adalah tantangan buat anda untuk berpikir. Ini bukan masalah mitos
tetapi berpikir. Yang kebetulan sudah baca, baca lagi boleh. Jenuh itu ujian,
bedanya S1 dan S2 adalah mengalami kejenuhan karena sudah membaca. Bedanya itu
saja. Godaan, jebakan filsafat itu artinya sebagian komentarmu itu salah,
karena tidak cocok dengan pikiran saya. Kau merasa seakan-akan sudah mengerti,
itulah jebakan filsafat, merasa bisa mengerti, merasa pandai tetapi tidak
pandai bisa merasa. Elegi menggapai rumahku yang terlalu besar, elegi tukang
cukur, disini itu berpacu, saya berpacu dengan penjelasan saya, dan berbacu
dengan anda membuat komen. Bikin komen yang serius tapi jangan terlalu serius.
Bagi orang yang tidak mengerti tidak masalah, beli saja buku filsafat di
pinggir jalan. Kalau filsafat berziarah itu mengunjungi makam plato makan
socrates, datang ke sana untuk memikirkan. Aku ingin mengirimkan pikiranku,
sebenar-benar ziarah filsafat itu mempelajari pikiran mereka itu dengan cara
baca, baca dan baca. Ziarah dalam spritual tengok hati masing-masing, maka
kaitannya dengan keilmuan itu pada levelnya masing-masing. Banyak diantara
orang yang tidak menempati ruang dan waktunya. Maka pada ruang dan waktu
filsafat, filsuf mengatakan, aku melihat di jalan gejayan itu banyak yang sudah
meninggalkan dunia atau mati. mengapa para filsuf mengatakan seperti itu?
Karena sebenar-benar mereka tidak mau berpikir, tidak dalam keadaan berdoa. Hidup
dan mati itu relatif, hidup mati kapitalis dari sisi duit. Sifat ketemu sifat sesuai
dengan ruang dan waktunya. Misalnya bercerai itu cintanya sudah mati, pemain
badminton mati tidak bisa mengembalikan smash.
Pertanyaan
keenam dari Saudari Ulfa: Mana yang lebih
baik banyak pilihan atau sedikit pilihan?
Jawaban
Pak Marsigit: Kamu menetapkan hidup kalau seperti ini. Dan ketetapan hidupmu itu
akan mempersulit dirimu. Yang jauh atau terhindar dari yang telah diberikan
kemurahan oleh orang yang membuat pilihan itu. Jadi ini pentingnya berfilsafat,
merefleksikan diri, mana yang lebih baik banyak pilihan atau sedikit pilihan?
Tergantung ruang dan waktu. Sedikit pilihan tergantung ruang da waktu. Pilih
apa, kapan, dan dimana. Maka orang itu bisa pilih dua pilihan banyak dan
seterusnya. Jadi tergantung apa yang dipilih, pilihannya sebagian tergantung
ruang dan waktu.
Pertanyaan
terakhir: Pandangan filsafat tentang kematian?
Jawaban
Pak Marsigit: Mati menurut filsafat itu mitos. Karena ternyata dalam kitab suci,
yang mati cuma fisiknya, jiwanya masih hidup kok. Setelah alam kubur akan ada
kehidupan selanjutnya. Selamanya jika engkau berpikir mati itu tetap mati
itulah yang namanya mitos. Itulah kebodohan, terjebak di dalam ruang dan waktu.
Maka bangkit dari mitos menuju logos, artinya apasih yang dimaksud dengan mati?
Mati raganya, mati jiwanya, amal dan perbuatannya dihitung, itu mati menurut
kitab dan hadits.
Kemudian
perkuliahan ditutup dengan doa.
Intisari yang
dapat saya simpulkan dari perkuliahan ini adalah:
1.
Filosofi dari
nolisasi dalam test Pak Marsigit adalah bentuk peragaan subyek yang menuduh
obyek secara semena-mena, dimana Pak Marsigit sebagai dosen adalah Subyek dan
kami mahasiswa adalah obyeknya. Selain itu merupakan bentuk relatifitas antara
dosen dan mahasiswa. Bahwa diantara dosen dan mahasiswa terdapat perbedaan.
Sehingga Mahasiswa diharapkan untuk luruh egonya.
2.
Problem
pendidikan kita yg sekarang sedang kita alami adalah membludaknya jumlah guru
karena sertifikasi sehingga jumlah universitas keguruan bertambah dan
menghasilkan banyak sarjana pendidikan yang mana banyak tidak terserap sehingga
menambah angka pengangguran. Karena itu salah satu solusinya adalah mempersulit
calon mahasiswa S1 untuk masuk jurusan pendidikan.
3.
Pekerjaan harus
dikerjakan, jangan terlalu dipikirkan. Sesuatu itu dikerjakan jangan cuma
dipikirkan. Hidup itu begitu, kerjakanlah pikiranmu dan pikirkanlah
pekerjaanmu. Pikirkanlah doamu, doakanlah pikiranmu, kerjakanlah doamu,
doakanlah pekerjaanmu.
4.
Dalam filsafat
semuanya berstruktur berdimensi di dalam pikiran, dan pikiran itu adalah pintu
gerbang menuju dunia masing-masing. Tapi tidak cukup jika tidak diimbangi
dengan hati. Maka baik buruk dunia tergantung hatimu. Makna dari dunia
tergantung pikiran.
5.
Mengabdi adalah
salah satu sifat, sifat dari suatu sifat keadaan obyek terhadap subyeknya.
Kalau obyek dengan obyek itu bukan mengabdi. Mengabdi itu istilah sosiologi dan
psikologi, kultural budaya. Dalam filsafat mengabdi itu cuma suatu hubungan
antara sifat satu dengan sifat yang lainnya.
6.
Keadaan itu
digambarkan dengan etik dan estetika, ukurannya adalah etik dan estetika. Etika
benar salah, estetika keindahan. Maka filsafat itu hakekat, kebenaran,
keindahan yang kemudian dikombinasikan.
7.
Di filsafat
tidak hanya multiple intelegent, tapi unlimited multiple intelegent. Multiple
Intelegent itu istilah psikologi.
8.
Beda filsafat
dan psikologi. Filsafat itu duduk di lobi, sedangkan psikologi sudah masuk ke
gang-gang. Sehingga psikologi ada dua macam, psikologi terapan dan psikologi
wacana. Sebagian dari psikologi wacana atau naratif, itulah filsafat.
9.
Dalam filsafat
bukan menjawab konsep doa adalah apa, tetapi penjelasan dari aktivitas.
10. Persoalan di dalam filsafat itu ada dua macam, yang dua macam ini
gak pernah mencapai tetapi berusaha mencapai. Yang pertama adalah menjelaskan
apa yang engkau ketahui yang ada di dalam pikiran dan kedua menjelaskan apa
yang ada di luar pikiran.
11. Sebenar-benarnya manusia tidak ada yang bisa menjelaskan. Apa yang
kau pikirkan, hanya berusaha saja. Caranya dengan reduksi, menyebut beberapa
sifat kunci dalam batas tertentu dimana satu sama yang lain pengetahuannya
sama.
12. Sebenar-benar hidup mengadakan yang mungkin ada, maka kerjakanlah
hidup itu. Jangan malas.
13. Sebenar-benar ilmu pengetahuan itu epistemologi atau filsafat ilmu.
Sebenar-benar ilmu pengetahuan adalah epistemologi filsafat ilmu. Filsafatmu
tidak ada apa-apa jika tidak ada ontologi dan aksiologinya.
14. Filsafat berbicara tentang relatifitas bukan kepastian
15. Mana yang baik itu tergantung ruang dan waktu.
16. Mati menurut filsafat itu mitos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar anda. :)